Jalan Hoo Eng Djie: Peringatan Legenda Musik Makassar di Kawasan Pecinan
Wali Kota Makassar meresmikan Jalan Hoo Eng Djie, menghormati kontribusi seniman Tionghoa Hoo Eng Djie terhadap budaya Makassar, khususnya lagu terkenal 'Ati Raja'.
![Jalan Hoo Eng Djie: Peringatan Legenda Musik Makassar di Kawasan Pecinan](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/09/180044.099-jalan-hoo-eng-djie-peringatan-legenda-musik-makassar-di-kawasan-pecinan-1.jpg)
Makassar, 09 Februari 2025 - Dalam sebuah perhelatan meriah Festival Jappa Jokka Cap Go Meh 2025, Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto, secara resmi mengukuhkan nama Jalan Hoo Eng Djie di kawasan Pecinan Makassar. Nama ini menggantikan nama Jalan Jampea, memberikan penghormatan kepada seorang tokoh musik legendaris Tionghoa-Indonesia.
Menghormati Legenda Musik Tionghoa-Indonesia
Wali Kota Danny Pomanto, begitu ia akrab disapa, menyebut Hoo Eng Djie sebagai "Baba Tjoi," seorang seniman besar yang berkontribusi signifikan dalam perkembangan kebudayaan Makassar, khususnya selama masa kemerdekaan. Danny menekankan pentingnya memperkenalkan tokoh inspiratif seperti Hoo Eng Djie kepada generasi muda. "Beliau adalah contoh nyata bagaimana seni dapat mempersatukan dan memperkaya budaya kita," ujar Danny dalam sambutannya.
Salah satu karya Hoo Eng Djie yang paling dikenal adalah lagu "Ati Raja." Lagu ini hingga kini masih populer dan dinyanyikan di berbagai kesempatan. Lahir di Kassi Kebo, sebuah daerah peranakan di Kabupaten Maros, Hoo Eng Djie telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam dunia musik Indonesia.
Jejak Karir Hoo Eng Djie
Hoo Eng Djie juga dikenal sebagai pemimpin grup musik Singara Kulla-Kullawa (Sinar Kunang-Kunang). Prestasi grup musik ini diakui secara nasional, dibuktikan dengan penghargaan yang diraih pada tahun 1953 dari sebuah radio nasional. Kiprahnya di dunia musik bahkan membawanya berdialog langsung dengan Presiden Ir. Soekarno, membahas tentang musik daerah dan perkembangannya.
Kisah hidup Hoo Eng Djie yang penuh dinamika dan inspiratif telah diabadikan dalam sebuah film berjudul "Ati Raja," yang dirilis pada November 2019. Film ini diproduksi oleh Persaudaraan Peranakan Tionghoa Makassar (P2TM), organisasi yang juga menjadi penggagas pengabadian nama Hoo Eng Djie sebagai nama jalan.
Apresiasi dari P2TM dan Pemerintah Kota Makassar
Ketua Umum P2TM, Arwan Tjahjadi, mengungkapkan rasa syukurnya atas peresmian Jalan Hoo Eng Djie. "Ini adalah sebuah pencapaian yang telah lama kami nantikan," tuturnya. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Wali Kota Danny Pomanto atas dukungan dan peran aktifnya dalam mewujudkan hal ini. "Dukungan Pak Wali Kota sangat berarti bagi kami," tambah Arwan.
Peresmian Jalan Hoo Eng Djie bukan hanya sekadar pergantian nama jalan, melainkan sebuah pengakuan atas kontribusi besar Hoo Eng Djie terhadap budaya dan sejarah Makassar. Hal ini juga menunjukkan komitmen pemerintah kota dalam menghargai keberagaman budaya dan melestarikan sejarah bagi generasi mendatang. Langkah ini diharapkan dapat menginspirasi generasi muda untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.
Warisan Budaya yang Tak Ternilai
Wali Kota Danny Pomanto juga menambahkan, "Ini perlu karena sejarah itu adalah bagian yang paling mahal dan paling bernilai yang kita miliki hari ini." Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya menghargai dan melestarikan warisan budaya, termasuk mengenang tokoh-tokoh penting yang telah berkontribusi dalam memajukan budaya lokal. Dengan diabadikan namanya sebagai nama jalan, Hoo Eng Djie akan selalu dikenang dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.
Peresmian Jalan Hoo Eng Djie menjadi bukti nyata bagaimana pemerintah kota menghargai dan menghormati kontribusi para seniman dan tokoh masyarakat dari berbagai latar belakang. Ini juga merupakan langkah positif dalam mempromosikan keberagaman budaya dan memperkuat rasa kebersamaan di tengah masyarakat.