Jalur Pendakian Gunung Tambora Ditutup, Cuaca Ekstrem Jadi Penyebabnya
Balai Taman Nasional Tambora menutup jalur pendakian Gunung Tambora akibat cuaca ekstrem berupa hujan deras dan angin kencang yang membahayakan para pendaki.

Gunung Tambora, gunung berapi aktif setinggi 2.850 meter di atas permukaan laut yang terletak di dua kabupaten di Nusa Tenggara Barat, Dompu dan Bima, resmi menutup jalur pendakiannya. Penutupan ini diumumkan oleh Balai Taman Nasional Tambora (BTNT) dan telah berlaku sejak 2 Januari 2025. Keputusan ini diambil Kementerian Kehutanan melalui BTNT, dengan prioritas utama keselamatan para wisatawan yang ingin mendaki gunung tersebut.
Kepala BTNT, Deny Rahadi, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem berupa hujan deras, angin kencang, dan petir menjadi alasan utama penutupan jalur pendakian. Kondisi ini dinilai sangat berbahaya bagi para pendaki dan berpotensi menyebabkan kecelakaan. Selain itu, penurunan suhu ekstrem juga meningkatkan risiko hipotermia, terutama bagi pendaki yang tidak memiliki perlengkapan yang memadai. "Keputusan penutupan itu sudah berlaku sejak 2 Januari 2025 dan masih belum ada kepastian kapan pendakian dibuka kembali," ungkap Deny Rahadi kepada ANTARA di Dompu, Kamis.
Penutupan jalur pendakian ini meliputi empat jalur yang ada di Gunung Tambora: jalur Doro Ncanga dan Pancasila di Kabupaten Dompu, serta jalur Piong dan Kawinda Toi di Kabupaten Bima. Meskipun jalur pendakian ditutup, BTNT tetap melakukan pengawasan ketat dengan menempatkan delapan petugas di setiap pintu masuk jalur pendakian untuk mencegah pendakian ilegal.
Cuaca Ekstrem dan Risiko Pendakian
Hujan deras yang disertai angin kencang telah melanda kawasan Gunung Tambora selama beberapa bulan terakhir. Kondisi ini meningkatkan risiko kecelakaan bagi para pendaki, mulai dari terpeleset hingga tersambar petir. Selain itu, suhu yang ekstrem juga dapat menyebabkan hipotermia, kondisi medis yang berbahaya jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. BTNT menekankan pentingnya keselamatan para pendaki sebagai alasan utama penutupan jalur pendakian.
Pihak BTNT juga menjelaskan bahwa penutupan jalur pendakian juga bertujuan untuk pemulihan kondisi kawasan secara alami. Hujan deras yang terus-menerus dapat merusak ekosistem dan jalur pendakian itu sendiri. Dengan menutup jalur pendakian, diharapkan kawasan Gunung Tambora dapat pulih dan tetap terjaga kelestariannya.
Meskipun jalur pendakian ditutup, wisatawan masih dapat menikmati objek wisata lain di dalam Taman Nasional Tambora. Beberapa alternatif wisata yang tetap dibuka antara lain Air Terjun Oi Marai dan atraksi rusa di Sanctuary. Pengunjung tetap diimbau untuk mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.
Alternatif Wisata di Taman Nasional Tambora
Selama penutupan jalur pendakian, BTNT mengarahkan wisatawan untuk mengunjungi objek wisata lain yang masih beroperasi di dalam Taman Nasional Tambora. Air Terjun Oi Marai, misalnya, menawarkan keindahan alam yang tak kalah menarik. Selain itu, wisatawan juga dapat menikmati atraksi rusa di Sanctuary, yang memberikan pengalaman unik berinteraksi dengan satwa liar.
BTNT memastikan bahwa objek wisata alternatif tersebut tetap aman dan nyaman dikunjungi. Pengunjung tetap diimbau untuk mematuhi protokol kesehatan yang berlaku, guna mencegah penyebaran penyakit. Pihak BTNT juga menyediakan petugas untuk memberikan informasi dan arahan kepada para wisatawan.
Dengan adanya alternatif wisata ini, wisatawan tetap dapat menikmati keindahan Taman Nasional Tambora meskipun jalur pendakian sementara ditutup. Hal ini juga membantu mengurangi dampak ekonomi negatif dari penutupan jalur pendakian bagi masyarakat sekitar.
Penutupan jalur pendakian Gunung Tambora diharapkan dapat menjadi langkah preventif untuk menjaga keselamatan para pendaki dan kelestarian lingkungan. BTNT akan terus memantau kondisi cuaca dan memberikan informasi terbaru mengenai pembukaan kembali jalur pendakian.
Semoga dengan langkah ini, keselamatan para pendaki tetap terjaga dan keindahan Gunung Tambora tetap lestari untuk dinikmati generasi mendatang.