Kekurangan Dokter Kandungan di RSUD Kota Bima: Ibu Hamil Alami Keguguran
RSUD Kota Bima kekurangan dokter spesialis kandungan, mengakibatkan penanganan pasien hamil kurang optimal dan berujung pada keguguran.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah menghadapi permasalahan serius terkait kekurangan dokter spesialis kandungan. Permasalahan ini mencuat setelah seorang ibu hamil berinisial A (40) mengalami keguguran janinnya. Kejadian ini terjadi pada Minggu, 6 April 2024, di Kota Bima, dan menimbulkan pertanyaan besar terkait akses layanan kesehatan ibu dan anak di wilayah tersebut. Direktur RSUD Kota Bima, Fathurrahman, mengakui adanya kekurangan tenaga medis spesialis kandungan.
Fathurrahman menjelaskan bahwa saat ini RSUD Kota Bima hanya memiliki dua dokter spesialis kandungan, satu Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kota Bima dan satu PNS kontrak dari Kabupaten Bima. Jumlah ini jelas tidak memadai untuk melayani kebutuhan masyarakat Kota Bima. Minimnya jumlah dokter spesialis kandungan ini berdampak langsung pada pelayanan kesehatan ibu hamil, seperti yang dialami oleh Ibu A. Meskipun RSUD Kota Bima memiliki dokter jaga dan bidan yang bertugas selama 24 jam, namun keterbatasan dokter spesialis kandungan membuat penanganan pasien menjadi kurang optimal.
Kasus Ibu A menjadi sorotan karena menggambarkan realita minimnya akses layanan kesehatan ibu hamil di Kota Bima. Ibu A yang mengalami pendarahan dan akhirnya keguguran, awalnya mendapatkan penanganan di puskesmas terdekat sebelum dirujuk ke RSUD Kota Bima sekitar pukul 02.00 WITA. Meskipun telah mendapatkan penanganan medis di RSUD, keterlambatan penanganan akibat kekurangan dokter spesialis kandungan diduga menjadi faktor penyebab keguguran. Peristiwa ini menyoroti pentingnya peningkatan jumlah dokter spesialis kandungan di RSUD Kota Bima demi menjamin keselamatan ibu dan bayi.
Kekurangan Dokter Spesialis dan Dampaknya
Direktur RSUD Kota Bima mengakui bahwa kekurangan dokter spesialis, termasuk spesialis kandungan, merupakan masalah yang terus diusahakan untuk diatasi. Pihak RSUD berharap agar ke depannya akan ada penambahan dokter spesialis kandungan. Namun, hingga saat ini, keterbatasan tersebut masih berdampak signifikan terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak. Kasus Ibu A menunjukkan betapa krusialnya peran dokter spesialis kandungan dalam menangani kasus-kasus kehamilan berisiko tinggi.
Penjelasan Fathurrahman mengenai prosedur penanganan pasien di RSUD Kota Bima, termasuk konsultasi dengan dokter spesialis kandungan dan rujukan ke rumah sakit lain jika diperlukan, tetap tidak menghilangkan fakta bahwa kekurangan dokter spesialis kandungan telah berdampak negatif. Sistem rujukan yang ada mungkin efektif dalam beberapa kasus, namun tidak selalu dapat menjamin kecepatan dan efektivitas penanganan, terutama dalam kasus-kasus darurat seperti yang dialami Ibu A.
Lebih lanjut, Fathurrahman membantah isu bahwa semua dokter kandungan sedang cuti bersama. Ia menjelaskan bahwa cuti diambil secara bergiliran dan koordinasi tetap dilakukan untuk memastikan pelayanan tetap berjalan. Namun, sistem cuti bergiliran ini tetap tidak dapat mengatasi masalah utama yaitu kurangnya jumlah dokter spesialis kandungan secara keseluruhan.
Usulan Solusi dan Perbaikan Layanan
Peristiwa keguguran yang dialami Ibu A menjadi pengingat penting bagi pemerintah daerah Kota Bima untuk segera mencari solusi atas kekurangan dokter spesialis kandungan di RSUD. Beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan antara lain adalah meningkatkan insentif dan kesejahteraan dokter spesialis kandungan, sehingga lebih banyak dokter tertarik untuk bertugas di Kota Bima. Selain itu, perlu juga ditingkatkan kerjasama dengan rumah sakit atau lembaga kesehatan lain untuk menyediakan layanan konsultasi jarak jauh atau program pelatihan bagi tenaga medis di Kota Bima.
Peningkatan kualitas infrastruktur dan peralatan medis di RSUD Kota Bima juga sangat penting. Fasilitas yang memadai akan mendukung kinerja dokter dan tenaga medis lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan untuk membuka program beasiswa bagi calon dokter spesialis kandungan dari daerah Kota Bima, guna meningkatkan jumlah tenaga medis spesialis di masa mendatang.
Kejadian ini juga menyoroti pentingnya edukasi dan penyadaran masyarakat akan pentingnya perawatan kehamilan dan akses layanan kesehatan yang tepat waktu. Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, dan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, diharapkan dapat meminimalisir kejadian serupa di masa depan.
Ke depan, dibutuhkan komitmen yang kuat dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, RSUD Kota Bima, dan masyarakat, untuk mengatasi masalah kekurangan dokter spesialis kandungan ini. Tujuan akhirnya adalah untuk menjamin akses layanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas dan menyelamatkan nyawa.