Kemendikti: Pengembangan Teknologi Harus Berlandaskan Kemanusiaan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menekankan pentingnya pengembangan teknologi yang berlandaskan kemanusiaan agar manfaatnya dirasakan semua lapisan masyarakat, seperti yang dikonsepkan dalam sains, teknologi, da

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menegaskan pentingnya pengembangan teknologi yang berlandaskan rasa kemanusiaan. Hal ini disampaikan menyusul adanya kekhawatiran teknologi justru menjauhkan manusia dari nilai-nilai kemanusiaan. Pernyataan ini disampaikan Direktur Jenderal Sains dan Teknologi Kemendikbudristek, Najib Burhani, di Jakarta pada Jumat, 14 Maret.
Menurut Najib, ilmuwan memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan sains dan teknologi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah masyarakat tidak mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan. Ia menekankan pentingnya menempatkan masyarakat sebagai pihak utama yang diuntungkan dari perkembangan sains dan teknologi. "Social trust itu adalah menjadi bahan bakar utama dalam adopsi teknologi, dan karena itu harus perlu menjadikan masyarakat sebagai pemangku utama kepentingan daripada sains dan teknologi itu," ujarnya.
Sebagai ilustrasi, Najib mencontohkan pembangunan infrastruktur seperti jalan raya dan jembatan layang di era Presiden Joko Widodo. Meskipun bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat, proyek-proyek tersebut justru menuai protes di Papua karena dianggap sebagai upaya eksploitasi warga lokal. Contoh lain yang ia berikan adalah keberhasilan program Listrik Masuk Desa pada masa Orde Baru sebagai contoh adopsi teknologi yang berhasil karena berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.
Pentingnya Komunikasi dan Antisipasi Risiko Teknologi
Najib menekankan pentingnya komunikasi yang efektif dalam pengembangan teknologi. Ia mencontohkan perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang jika tidak dikontrol dengan baik, berpotensi menghancurkan masyarakat. Di beberapa negara, meskipun AI digunakan untuk pengamanan nasional, AI masih dipenuhi bias terhadap kelompok tertentu, sehingga menghambat akses layanan publik bagi kelompok tersebut.
Contoh lain yang diangkat adalah teknologi rekayasa genetika yang memungkinkan terciptanya manusia super. Teknologi ini memungkinkan penghapusan penyakit genetik seperti AIDS dari genom seseorang agar tidak diturunkan kepada anak-anaknya. Najib menyebutkan, "Tahun 2022, dari sekitar 3 milyar atau 30 milyar, saya lupa gitu ya, pasangan gen yang membuat manusia itu kemudian bisa disusun secara lengkap." Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan penciptaan manusia secara selektif, mirip dengan praktik Nazi di Jerman yang memilih pasangan berdasarkan kriteria ras tertentu.
Ia juga menyoroti isu etika, hubungan ahli waris, dan hubungan sosial yang dapat muncul dari pengeditan genom dan rekayasa genetika. Oleh karena itu, pendekatan sains, teknologi, dan masyarakat (STS) sangat penting untuk memastikan pengembangan teknologi tetap berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan.
Kesimpulannya, pengembangan teknologi harus selalu mempertimbangkan aspek kemanusiaan dan kesejahteraan masyarakat. Komunikasi yang efektif dan antisipasi terhadap potensi risiko sangat penting untuk memastikan teknologi digunakan untuk kebaikan bersama, bukan untuk menindas atau mengeksploitasi kelompok tertentu. Konsep STS menjadi kerangka kerja yang tepat untuk memastikan hal tersebut.