Kemenkop Dorong Koperasi Sawit Kuasai Pasar Global Lewat Program PALMSTEP
Deputi Kemenkop, Panel Barus, menghadiri Palmstep Inception di Kalimantan Tengah, mendorong peran koperasi sawit dalam membangun industri yang berkelanjutan dan memberdayakan petani.

Deputi Bidang Pengembangan Usaha Koperasi Kementerian Koperasi (Kemenkop), Panel Barus, mewakili Menteri Koperasi RI, baru-baru ini menghadiri acara Palmstep Inception di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Acara tersebut menandai dimulainya program EU SWITCH: PALMSTEP, sebuah program kerjasama dengan Uni Eropa yang bertujuan meningkatkan keberlanjutan dan keterlacakan rantai nilai sawit rakyat selama periode 2025-2030.
Dalam sambutannya, Panel Barus menekankan pentingnya peran koperasi sebagai penggerak utama dalam membangun industri sawit yang berkeadilan dan berkelanjutan. Beliau menyatakan, "Petani tidak boleh terus berada di posisi lemah dalam rantai nilai. Koperasi adalah instrumen strategis untuk memperkuat posisi tawar dan memperluas akses pasar mereka." Program PALMSTEP difokuskan untuk memberdayakan petani sawit melalui koperasi, salah satunya dengan memfasilitasi pembangunan pabrik CPO milik koperasi.
Keberadaan pabrik CPO milik koperasi diharapkan dapat menjamin kepastian pembeli dan harga bagi petani anggota. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto mengenai percepatan pembentukan 80.000 Koperasi Desa Merah Putih sebagai jaringan distribusi dan produksi desa berbasis data yang akan diluncurkan pada Hari Koperasi Nasional, 12 Juli 2025. Dengan sistem koperasi desa yang kuat, Indonesia diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan nasional dan berkontribusi pada ketahanan pangan global.
Penguatan Koperasi Sawit Menuju Pasar Internasional
Panel Barus optimis bahwa melalui jaringan Koperasi Desa Merah Putih dan program PALMSTEP, produk-produk desa seperti sawit dapat menembus pasar internasional, termasuk Eropa. Beliau berharap kerja sama dalam program PALMSTEP akan berlanjut pada kerja sama perdagangan antar koperasi Indonesia dan negara-negara Uni Eropa. "Apapun produk pangan yang dibutuhkan Eropa, nantinya dapat disediakan oleh jaringan Kopdes Merah Putih," tegasnya.
Data Kementerian Koperasi menunjukkan bahwa hingga akhir 2024 terdapat 2.500 koperasi perkebunan aktif dengan hampir 900.000 anggota dan volume usaha Rp7,94 triliun. Penguatan koperasi sekunder, terutama yang berbasis komoditas seperti kelapa sawit, dinilai penting untuk mempercepat transformasi industri sawit dari hulu ke hilir.
Kemenkop mengapresiasi berdirinya Koperasi Karya Sawit Mandiri Jaya (KSMJ) sebagai model konsolidasi kelembagaan petani sawit. Melalui PALMSTEP, KSMJ didorong untuk menerapkan standar keberlanjutan, memperkuat tata kelola, dan membuka akses pasar nasional dan internasional. Panel Barus beserta Dubes Uni Eropa, Denis Chaibi, bahkan mengunjungi lokasi bakal pabrik KSMJ yang didampingi Wakil Bupati Kotawaringin Barat, Suyanto.
Kerja Sama Indonesia-Uni Eropa untuk Transformasi Ekonomi Desa
Kementerian Koperasi berharap kerja sama dengan Uni Eropa dapat diperluas ke lebih banyak koperasi di Indonesia, termasuk sektor komoditas lainnya. Hal ini diharapkan dapat mendorong transformasi ekonomi desa berbasis koperasi secara lebih besar. Program PALMSTEP menjadi contoh nyata bagaimana kerjasama internasional dapat memberdayakan petani dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah dan kerjasama internasional, diharapkan koperasi sawit di Indonesia dapat semakin berkembang dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Koperasi tidak hanya menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga sebagai kunci untuk membangun industri sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Keberhasilan program PALMSTEP akan menjadi contoh bagi pengembangan program serupa di sektor komoditas lainnya, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.