KH Said Aqil: Jangan Remehkan Mubasyirat di Akhir Zaman
KH Said Aqil Siroj mengingatkan pentingnya memperhatikan mimpi atau mubasyirat, terutama di akhir zaman, karena bisa menjadi petunjuk dari Allah SWT.

Jakarta, 1 Mei 2024 (ANTARA) - Mantan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menekankan pentingnya memperhatikan mimpi atau mubasyirat, terutama di akhir zaman. Beliau menyatakan bahwa Allah SWT dapat memberikan petunjuk melalui mimpi kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya. Oleh karena itu, tidak seorang pun boleh meremehkan fenomena ini, apalagi di akhir zaman yang penuh tantangan.
Dalam sebuah dialog internasional bertema 'Bedah Mubasyirat di Akhir Zaman' di Ponpes Luhur Al Tsaqafah, Jakarta, KH Said Aqil menjelaskan bahwa mimpi terbagi menjadi tiga: mimpi karena bunga tidur, mimpi karena keinginan, dan mimpi yang berasal dari Allah SWT. Beliau menambahkan, "Mimpi itu tidak 100 persen benar, tetapi mimpi yang diterima orang saleh dan tidak punya kepentingan untuk dirinya disebut Ruqyah Shodiqoh yang merupakan 1/46 bagian dari kenabian."
Lebih lanjut, KH Said Aqil menjelaskan bahwa saat manusia tidur, ruh kecilnya akan bersatu dengan ruh universal yang lebih besar, sehingga mudah dipengaruhi oleh Sang Pencipta. Beliau mengapresiasi Gerakan Akhir Zaman (Gaza) yang menyelenggarakan dialog ini, menyebutnya sebagai pembahasan tingkat tinggi yang tidak mudah dipahami orang awam.
Memahami Mubasyirat di Akhir Zaman
KH Abdul Wahid Maktub atau Gus Wahid, seorang pembicara lain dalam dialog tersebut, menyatakan bahwa memahami mubasyirat membutuhkan cara berpikir tingkat tinggi karena berkaitan dengan prediksi dan pengendalian masa depan. Beliau menekankan pentingnya Al-Quran sebagai sumber pembelajaran terbaik untuk memahami masa depan. "Belajar terbaik soal masa depan itu ada semua di Al Quran," kata Rektor President University Bekasi tersebut.
Gus Wahid juga menyoroti kebutuhan akan peradaban baru di dunia saat ini. Menurutnya, pendekatan ilmiah yang selama ini digunakan ternyata belum mampu mengatasi krisis multidimensi yang melanda dunia. "Semua yang lama sudah tak nyambung lagi sehingga perlu ada new vision, gagasan baru. Ijtihadyah yang digagas Kang Diki Candra melalui mubasyirat adalah sebuah inisiatif besar untuk mengatasi distorsi yang melanda dunia," ujarnya.
R Diki Candra, Ketua Majelis Gaza, mengungkapkan bahwa majelisnya telah mengumpulkan ribuan mimpi mubasyirat dari seluruh dunia. Menariknya, setengah dari mimpi-mimpi tersebut telah menjadi kenyataan. "Ketika setengahnya benar maka kita berpikir bisa jadi berikutnya menjadi kenyataan dan ini menjadi informasi intelijen penting bagi pemerintah," katanya. Beliau juga menambahkan bahwa akan dibentuk tim kecil untuk menganalisis mimpi-mimpi tersebut dan hasilnya akan disampaikan kepada pemerintah sebagai data intelijen.
Mubasyirat sebagai Solusi Krisis Global
Para pembicara lain, termasuk KH Wahfiudin Sakam, SE, MBA (Wakil Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI), Ustad Dede Hikayat, dan moderator H Imam Addaruqutni, MA (mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah), sepakat bahwa perlu dilakukan dialog lanjutan untuk memperkuat khazanah mubasyirat. Mereka melihat mubasyirat sebagai potensi solusi atas berbagai krisis global dan untuk membangun peradaban Islam yang lebih baik.
Kesimpulannya, dialog ini menyoroti pentingnya memperhatikan mimpi dan mubasyirat sebagai potensi sumber petunjuk dan informasi, terutama dalam menghadapi kompleksitas akhir zaman. Analisis dan kajian lebih lanjut diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pemerintah dan masyarakat luas dalam menghadapi tantangan masa depan.