Konflik Thailand-Kamboja: Tahukah Anda Potensi Wisata Bali Justru Meningkat?
Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja membuka peluang emas bagi Potensi Wisata Bali. Akankah Pulau Dewata mampu menggaet wisatawan mancanegara yang mencari destinasi aman?

Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja yang pecah baru-baru ini ternyata membawa dampak tak terduga bagi industri pariwisata regional. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali melihat adanya peluang besar. Pulau Dewata berpotensi menggaet wisatawan mancanegara yang mengalihkan tujuan liburan mereka dari Thailand.
Sekretaris PHRI Bali, Perry Markus, pada Minggu (27/7) di Denpasar, menyatakan bahwa pola pengalihan destinasi ini sangat mungkin terjadi. Wisatawan cenderung mencari tempat yang aman dan nyaman untuk berlibur. Thailand selama ini merupakan kompetitor utama Bali dalam menarik kunjungan turis asing.
Oleh karena itu, pemerintah dan pelaku pariwisata di Bali didorong untuk lebih gencar melakukan promosi. Peningkatan layanan dan atraksi wisata juga menjadi kunci penting. Langkah ini diharapkan dapat memaksimalkan potensi keuntungan dari situasi geopolitik yang sedang berlangsung.
Peluang Emas di Tengah Gejolak Regional
Konflik bersenjata di perbatasan Thailand dan Kamboja pada Kamis (24/7) telah menimbulkan kekhawatiran global. Insiden ini menyebabkan lebih dari 30 orang tewas dan sekitar 100.000 orang dievakuasi. Kondisi ini secara langsung memengaruhi persepsi keamanan destinasi wisata di kawasan tersebut.
Perry Markus dari PHRI Bali menegaskan bahwa keamanan adalah prioritas utama bagi wisatawan. Ketika suatu wilayah mengalami ketidakstabilan, wisatawan akan mencari alternatif yang lebih tenang dan damai. Bali, dengan reputasinya sebagai destinasi yang relatif stabil, menjadi pilihan menarik.
Potensi Wisata Bali untuk menarik wisatawan yang beralih dari Thailand sangat besar. Ini adalah momentum bagi Pulau Dewata untuk menunjukkan keunggulannya. Promosi yang tepat sasaran dan peningkatan kualitas pengalaman berlibur menjadi krusial.
Data Mendukung Optimisme Pariwisata Bali
Data terbaru menunjukkan indikator positif bagi pariwisata Bali. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, tingkat okupansi perhotelan per Mei 2025 mencapai di atas 58 persen. Angka ini dianggap sebagai capaian yang sangat baik dan menunjukkan pemulihan sektor pariwisata.
Selain okupansi, rata-rata lama tinggal wisatawan domestik dan mancanegara di Bali per Mei 2025 tercatat 2,61 malam. PHRI berharap durasi tinggal ini dapat ditingkatkan lebih lanjut. Semakin lama wisatawan tinggal, semakin besar pula kontribusi ekonomi yang dihasilkan.
Lalu lintas penumpang di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai juga menunjukkan peningkatan signifikan. Sepanjang semester pertama 2025, bandara ini melayani 11,4 juta pergerakan penumpang, naik dari 11,2 juta pada periode yang sama tahun 2024. Dari jumlah tersebut, 7,2 juta adalah penumpang internasional.
Bandara Ngurah Rai juga menjadi bandara tersibuk kedua di Indonesia pada tahun 2024, dengan 142 ribu pergerakan pesawat. Uniknya, bandara ini adalah satu-satunya di Indonesia yang dilayani oleh pesawat Airbus 380-800. Fakta ini menegaskan daya tarik dan kapasitas infrastruktur pariwisata Bali.
Strategi Peningkatan Daya Saing Bali
Untuk memaksimalkan Potensi Wisata Bali, kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri sangat diperlukan. Promosi tidak hanya berfokus pada keindahan alam, tetapi juga pada jaminan keamanan dan kenyamanan. Kampanye digital dan partisipasi dalam pameran pariwisata internasional dapat menjadi strategi efektif.
Peningkatan kualitas layanan mencakup berbagai aspek, mulai dari keramahan staf hingga kebersihan fasilitas. Pengembangan atraksi wisata baru yang inovatif juga penting untuk memberikan pengalaman berbeda. Diversifikasi produk wisata dapat menarik segmen pasar yang lebih luas.
PHRI Bali berharap momentum ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Dengan persiapan yang matang dan strategi yang komprehensif, Bali dapat memperkuat posisinya sebagai destinasi wisata unggulan dunia. Ini adalah kesempatan untuk menarik lebih banyak wisatawan mancanegara dan meningkatkan pendapatan daerah.