Lebaran 2025: Waspada Ancaman Siber di Balik Transaksi Digital yang Melonjak
Jelang Lebaran 2025, transaksi digital diprediksi melonjak, namun peningkatan ini juga meningkatkan risiko kejahatan siber; edukasi, teknologi keamanan, dan kerja sama internasional menjadi kunci.

Momen Lebaran yang dinantikan umat Muslim di Indonesia tak hanya diwarnai perayaan keagamaan, tetapi juga peningkatan aktivitas ekonomi yang signifikan. Kementerian Perdagangan mencatat konsumsi rumah tangga meningkat 10-15 persen selama Ramadhan dan Lebaran, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Lonjakan ini juga terlihat pada transaksi digital, didorong oleh pencairan THR dan kebutuhan belanja masyarakat.
Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) memproyeksikan peningkatan transaksi e-commerce sebesar 15-20 persen selama Ramadhan dan Lebaran 2025 dibandingkan bulan sebelumnya. Promo dan diskon besar dari berbagai marketplace, serta layanan logistik yang efisien, semakin mendorong peningkatan ini. Namun, di balik peluang ekonomi yang besar ini, ancaman siber juga meningkat secara signifikan.
Peningkatan transaksi digital berbanding lurus dengan peningkatan risiko serangan siber seperti phishing, malware, dan penipuan daring. Serangan siber cenderung meningkat selama musim liburan dan periode belanja daring besar, seperti yang terlihat dari laporan peningkatan kasus phishing sebesar 30 persen selama Ramadhan menurut Lembaga Konsumen Digital Indonesia. Oleh karena itu, keamanan siber menjadi prioritas utama bagi pengguna dan penyedia layanan digital menjelang Lebaran.
Edukasi dan Penguatan Sistem Keamanan
Strategi komprehensif diperlukan untuk mengatasi tantangan keamanan siber ini. Edukasi dan peningkatan literasi digital masyarakat menjadi kunci utama. Program literasi digital dapat membantu masyarakat memahami risiko dan cara menghadapinya, seperti program yang digagas pemerintah Indonesia untuk membantu masyarakat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak.
Di sisi lain, pelaku bisnis, terutama e-commerce dan perbankan digital, harus memperkuat sistem keamanan mereka. Penerapan enkripsi data, sistem deteksi penipuan, dan autentikasi multi-faktor sangat penting untuk melindungi data pelanggan dan transaksi. Audit keamanan rutin dan pembaruan sistem untuk mengatasi kerentanan juga krusial.
Kerja sama internasional juga tak kalah penting. Ancaman siber tidak mengenal batas negara, sehingga kerja sama regional dan internasional dalam hal keamanan siber sangat dibutuhkan. Partisipasi aktif dalam forum internasional seperti ASEAN dapat membuka peluang untuk meningkatkan kerja sama dalam menghadapi ancaman ini.
Pengalaman Negara Lain dalam Mengatasi Ancaman Siber
Negara-negara lain juga menghadapi tantangan serupa. Amerika Serikat, misalnya, meningkatkan langkah-langkah keamanan siber selama musim liburan seperti Black Friday dan Cyber Monday. Sistem deteksi penipuan yang lebih canggih, pemantauan transaksi real-time, dan edukasi konsumen diterapkan.
Inggris melalui National Cyber Security Centre (NCSC) bekerja sama dengan industri perbankan dan e-commerce untuk memberikan panduan keamanan. Kampanye kesadaran publik juga diluncurkan untuk mengedukasi masyarakat. Australia, dengan pendekatan holistik, melibatkan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam menjaga keamanan siber.
Australian Cyber Security Centre (ACSC) menyediakan sumber daya dan alat bagi bisnis, serta panduan bagi individu. Selama periode peningkatan transaksi digital, ACSC mengeluarkan peringatan dan tips khusus untuk keamanan daring. Model-model ini dapat diadopsi dan disesuaikan dengan kondisi Indonesia.
Peningkatan transaksi digital selama Lebaran menawarkan peluang ekonomi yang besar, namun juga risiko kejahatan siber yang tinggi. Strategi komprehensif yang meliputi edukasi masyarakat, adopsi teknologi keamanan mutakhir, dan kerja sama antarlembaga, baik nasional maupun internasional, mutlak diperlukan untuk memastikan keamanan transaksi digital dan kenyamanan masyarakat dalam berbelanja daring selama Lebaran. Pengalaman negara lain menunjukkan bahwa kerja sama regional dan pengenalan pola serangan dapat membantu dalam mengatasi ancaman siber ini.
*) Dr. M. Lucky Akbar, SSos, MSi adalah Kepala Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan Jambi