LPS Proyeksi Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) 6-7 Persen di 2025
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksikan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) akan mencapai 6-7 persen pada tahun 2025, didorong oleh pemulihan ekonomi domestik dan perbaikan daya beli masyarakat.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) baru-baru ini memproyeksikan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) akan berada di kisaran 6-7 persen pada tahun 2025. Proyeksi ini disampaikan Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, berdasarkan optimisme terhadap perbaikan ekonomi nasional.
Purbaya menjelaskan, proyeksi pertumbuhan DPK ini didasarkan pada perbaikan ekonomi domestik yang diperkirakan mulai pulih pada pertengahan tahun 2025. Ia menuturkan, berbagai program pemerintah yang baru berjalan dan harapan membaiknya kondisi global menjadi faktor pendorong utama.
"Kita prediksi perekonomian akan lebih sehat dan daya beli masyarakat akan membaik. Oleh karena itu, kita memproyeksikan pertumbuhan DPK di angka 6-7 persen untuk tahun 2025," ujar Purbaya dalam konferensi pers di Jakarta.
Data LPS per Desember 2024 menunjukkan pertumbuhan DPK sebesar 4,48 persen (year on year/yoy). Angka ini lebih rendah dari proyeksi awal. Purbaya menilai, rendahnya daya beli masyarakat turut memengaruhi pertumbuhan DPK yang sebelumnya sempat mencapai 9 persen pada pertengahan tahun lalu.
"Pertumbuhan DPK sempat melaju cukup tinggi, namun kemudian melambat. Proyeksi awal kami adalah penurunan ke angka 6 persen, namun realisasinya di bulan Desember ternyata lebih rendah dari perkiraan," tambahnya.
Lebih lanjut, Purbaya menjelaskan bahwa pertumbuhan tabungan masyarakat kelas menengah sangat bergantung pada perkembangan perekonomian. Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi domestik 5,1 persen, diharapkan tabungan kelas menengah juga akan tumbuh signifikan. Hal ini karena kelas menengah biasanya paling merasakan dampak positif dari membaiknya perekonomian.
"Perhitungan kami memperkirakan pertumbuhan DPK kembali normal sekitar 6 persen. Karena biasanya, ketika ekonomi membaik, kelas menengah yang paling diuntungkan," jelasnya.
LPS mencatat pertumbuhan tabungan nasabah dengan saldo di bawah Rp100 juta sebesar 5 persen pada Desember 2024, meningkat dari 3,25 persen tahun sebelumnya. Sementara itu, tabungan nasabah dengan saldo di atas Rp5 miliar juga tumbuh sebesar 3,99 persen pada Desember 2024, naik dari 3,51 persen pada Desember 2023.
Survei LPS menunjukkan Indeks Ekspektasi Konsumen berada di zona optimis (115,5), sejalan dengan tren Indeks Menabung yang juga menunjukkan perbaikan. Kinerja ekonomi domestik dinilai masih solid, tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) yang kembali ke zona ekspansi (51,2 pada Desember 2024) dan Indeks Penjualan Riil (IPR) yang masih tumbuh positif 1,0 persen yoy (220,3 pada Desember 2024).
Meskipun ekonomi global menunjukkan tren pemulihan, LPS tetap memperhitungkan risiko ketidakpastian. Hal ini menyebabkan perbedaan tingkat pemulihan antar negara. Inflasi yang melandai mendorong banyak bank sentral memangkas kebijakan moneter, namun volatilitas di pasar keuangan global tetap ada.
Purbaya menambahkan, "Ke depan, beberapa faktor risiko perlu diantisipasi, seperti kebijakan baru pemerintah, keberlanjutan pemangkasan suku bunga acuan yang mungkin terhambat inflasi, dan meningkatnya kompetisi antar negara akibat fragmentasi geopolitik dan geoekonomi."