Perbanas Proyeksikan Kredit Tumbuh 10,6 Persen di 2025, Ramadan Jadi Momentum Penting
Perbanas memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan pada 2025 mencapai 10,6 persen, didorong optimisme pertumbuhan ekonomi dan momentum Ramadan, meskipun daya beli masyarakat masih lemah.

Jakarta, 26 Maret 2024 - Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan sepanjang tahun 2025 akan mencapai 10,6 persen plus minus 1,0 persen secara tahunan (year on year/yoy). Proyeksi ini disampaikan Ketua Bidang Pengembangan Kajian Ekonomi Perbankan (PKEP) Perbanas, Aviliani, di Jakarta. Pertumbuhan ini sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia (BI) yang berada di kisaran 11 persen hingga 13 persen (yoy).
Aviliani menjelaskan optimisme ini didasari oleh target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen. Namun, di sisi lain, daya beli masyarakat yang masih lemah dan likuiditas yang semakin ketat menjadi faktor yang perlu diwaspadai. Meskipun pertumbuhan kredit tinggi, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) justru melambat, menciptakan potensi ketidakseimbangan.
Ketidakpastian ekonomi juga turut mempengaruhi proyeksi. Pertumbuhan kredit tahun 2023 (yoy) lebih rendah dibandingkan 2024, disebabkan oleh sikap wait and see pelaku ekonomi menjelang Pilpres 2024. Setelah hasil Pilpres diketahui, pertumbuhan kredit kembali stabil dan tumbuh dua digit.
Pertumbuhan Kredit 2024 dan Proyeksi 2025
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rata-rata pertumbuhan kredit sepanjang 2024 sebesar 10,4 persen (yoy). Sementara itu, data Januari 2025 menunjukkan pertumbuhan kredit (yoy) sebesar 10,3 persen, sedikit lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya. Proyeksi Perbanas sebelumnya sejalan dengan realisasi pertumbuhan kredit 2024.
Perbanas berharap momentum Ramadan dapat mendorong pertumbuhan kredit. Pada tahun-tahun sebelumnya, periode Maret-April mencatatkan pertumbuhan kredit tertinggi, mencapai 12 persen hingga 13 persen. Siklus kredit masyarakat dipengaruhi oleh beberapa periode, yaitu Ramadan dan Idul Fitri, awal tahun ajaran baru (Juni-Juli), serta Natal dan Tahun Baru.
Selama Ramadan, pertumbuhan kredit konsumsi bulanan (month to month/mtm) biasanya meningkat signifikan. Pada 2024, periode ini mencatat angka tertinggi sebesar 1,47 persen (mtm). Namun, setelah Idul Fitri, pertumbuhan kredit konsumsi (mtm) cenderung turun drastis.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kredit
Pertumbuhan kredit perbankan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik struktural maupun konjungtural. Faktor struktural seperti daya beli masyarakat menjadi penentu utama permintaan kredit. Sementara itu, faktor konjungtural seperti ketidakpastian politik dan ekonomi juga turut berperan.
Selain itu, likuiditas perbankan juga menjadi faktor penting. Ketatnya likuiditas dapat membatasi kemampuan bank dalam menyalurkan kredit, meskipun permintaan kredit tinggi. Oleh karena itu, peningkatan DPK menjadi sangat penting untuk mendukung pertumbuhan kredit yang berkelanjutan.
Perbanas optimis bahwa dengan strategi yang tepat dan antisipasi terhadap faktor-faktor yang berpotensi menghambat, pertumbuhan kredit dapat tetap terjaga di angka yang diproyeksikan. Hal ini penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Secara keseluruhan, proyeksi pertumbuhan kredit 10,6 persen pada 2025 oleh Perbanas mencerminkan optimisme terhadap perekonomian Indonesia, meskipun tetap memperhitungkan tantangan yang ada. Momentum Ramadan dan Idul Fitri diharapkan dapat memberikan dorongan positif bagi pertumbuhan kredit konsumsi.