Kredit Perbankan Diproyeksikan Tumbuh 10,78 Persen di 2025
Kepala Ekonom PermataBank memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 10,78 persen pada 2025, didorong oleh kredit investasi dan pertumbuhan PDB, meskipun dengan tantangan likuiditas dan aliran modal asing.
![Kredit Perbankan Diproyeksikan Tumbuh 10,78 Persen di 2025](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/000049.871-kredit-perbankan-diproyeksikan-tumbuh-1078-persen-di-2025-1.jpg)
Jakarta, 10 Februari 2024 - Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif berdampak pada sektor perbankan. Kepala Ekonom PermataBank, Josua Pardede, memproyeksikan peningkatan signifikan pada penyaluran kredit perbankan di tahun 2025. Proyeksi tersebut mencapai angka 10,78 persen year on year (yoy), sedikit lebih tinggi dari prediksi pertumbuhan 10,39 persen yoy di tahun 2024.
Pertumbuhan Kredit dan Faktor Pendukungnya
Pertumbuhan ekonomi domestik menjadi faktor kunci dalam proyeksi ini. Josua menjelaskan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nominal yang diperkirakan tetap berada di angka hampir 8 persen pada tahun 2024 menjadi landasan optimisme tersebut. "Kalau kami melihat secara potensinya, potensi perekonomian kita, pertumbuhan kredit tahun ini memang masih berkisar 10 persenan," ujar Josua dalam media briefing virtual bertajuk 'PIER Economic Review: FY 2024'.
Salah satu pendorong utama pertumbuhan kredit diprediksi berasal dari sektor investasi. Pertumbuhan kredit investasi yang tinggi pada Desember 2024 menjadi indikator positif. Namun, Josua mengingatkan bahwa perbankan akan menerapkan strategi yang lebih selektif dalam penyaluran kredit, dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas yang ada.
Tantangan Likuiditas dan Rasio Keuangan
Meskipun proyeksi pertumbuhan kredit terlihat menjanjikan, tantangan tetap ada. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terbatas menjadi perhatian utama. Pada tahun 2024, DPK hanya tumbuh sekitar 4,48 persen. Kondisi ini berdampak pada peningkatan loan to deposit ratio (LDR) dari 83,8 persen di tahun 2023 menjadi 88,6 persen di tahun 2024.
Namun, Josua memastikan bahwa risiko kredit perbankan masih terkendali. Rasio non-performing loan (NPL) diperkirakan tetap berada di kisaran 2 persen pada tahun 2024. Sementara itu, capital adequacy ratio (CAR) juga masih cukup tinggi, sekitar 26-27 persen. Hal ini menunjukkan kondisi perbankan yang relatif sehat dan mampu menghadapi potensi risiko.
Peran Pemerintah dan Likuiditas Valas
Pemerintah juga berperan penting dalam menjaga stabilitas likuiditas perbankan. Peningkatan belanja pemerintah diharapkan dapat mendorong pertumbuhan DPK dan menjaga LDR di kisaran 89 hingga 90 persen pada tahun 2025. "Harapannya seperti itu, karena dia akan terefleksi juga dengan peningkatan dari sisi M2 yang akan masuk juga ke sistem perbankan," jelas Josua.
Namun, tantangan tetap ada, terutama terkait likuiditas valuta asing (valas). Pertumbuhan DPK yang lebih lambat dibandingkan pertumbuhan kredit, ditambah dengan tantangan aliran modal masuk asing (capital inflows), membuat likuiditas valas menjadi perhatian serius. "Namun di sisi lainnya, likuiditas dalam rupiah (di perbankan) akan sangat dipengaruhi juga oleh seberapa cepat akselerasi dari spending pemerintah," tambah Josua.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, proyeksi pertumbuhan kredit perbankan sebesar 10,78 persen di tahun 2025 menunjukkan optimisme terhadap perekonomian Indonesia. Meskipun terdapat tantangan terkait likuiditas, terutama dalam valuta asing, kondisi perbankan yang relatif sehat dan peran pemerintah diharapkan dapat menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Pertumbuhan kredit investasi yang tinggi menjadi faktor kunci dalam proyeksi ini, namun selektivitas dalam penyaluran kredit tetap menjadi strategi penting bagi perbankan.