OJK: Perbankan Nasional Siap Hadapi Tantangan 2025 dengan Bantalan Permodalan yang Kuat
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis perbankan Indonesia memiliki permodalan yang cukup kuat untuk menghadapi tantangan ekonomi di tahun 2025, ditandai dengan proyeksi pertumbuhan kredit dua digit.

Jakarta, 24 Februari 2024 - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan kabar positif terkait kesiapan perbankan nasional dalam menghadapi tantangan ekonomi di tahun 2025. Berdasarkan analisis mendalam, OJK menyatakan bahwa perbankan Indonesia memiliki bantalan permodalan yang cukup kuat untuk menghadapi berbagai tantangan, peluang, dan prioritas kebijakan pemerintah. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan (PBKN) OJK, Dian Ediana Rae, dalam konferensi pers di Jakarta.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif menjadi salah satu faktor pendorong optimisme OJK. Pertumbuhan ekonomi yang baik diprediksi akan menarik minat investasi, sehingga meningkatkan permintaan kredit dari berbagai sektor usaha. Hal ini diperkirakan akan mendorong pertumbuhan kredit hingga dua digit di tahun 2025. Selain itu, penurunan suku bunga domestik yang diproyeksikan terjadi tahun ini juga diharapkan akan berdampak positif pada penurunan biaya dana perbankan.
Meskipun penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR) sebelumnya diprediksi akan lebih agresif, namun situasi terkini menunjukkan tren yang kurang agresif dan cenderung berada di level yang relatif tinggi. Kondisi ini, dikombinasikan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik, memberikan landasan yang kuat bagi perbankan untuk tetap tumbuh dan berkembang.
Rasio Permodalan Tinggi dan Likuiditas Terjaga
OJK menekankan bahwa rasio permodalan perbankan Indonesia yang tinggi menjadi salah satu faktor kunci dalam menghadapi berbagai tantangan. Rasio permodalan yang tinggi ini memberikan bantalan yang cukup untuk menyerap potensi risiko. Lebih lanjut, Dian Ediana Rae menjelaskan bahwa jika penghimpunan dana tetap positif, maka ketersediaan likuiditas perbankan akan terjaga. Likuiditas yang terjaga ini akan menjadi sumber utama penyaluran kredit perbankan, memastikan kelancaran operasional dan pertumbuhan berkelanjutan.
OJK juga akan terus berkoordinasi dengan perbankan dalam memantau dan mengevaluasi target yang tertuang dalam rencana bisnis bank (RBB) dan pencapaiannya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa perbankan tetap beroperasi sesuai dengan kondisi terkini, terutama setelah rilis laporan keuangan tahunan 2024. Dengan demikian, pengawasan yang ketat dan koordinasi yang baik akan memastikan stabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Dalam strategi pertumbuhan kredit, perbankan didorong untuk melakukan diversifikasi portofolio kredit dan inovasi berbagai produk kreditnya. Inovasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan nasabah dan mendukung berbagai program pemerintah. Tentu saja, semua ini harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian (prudent) dan melalui penguatan manajemen risiko.
Koordinasi KSSK untuk Stabilitas Sistem Keuangan
OJK juga menegaskan komitmennya dalam menjaga kestabilitas sistem keuangan secara keseluruhan. Hal ini dilakukan melalui koordinasi yang erat dengan kementerian/lembaga lainnya dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Koordinasi yang baik dalam KSSK sangat penting untuk memastikan bahwa kebijakan moneter dan fiskal saling mendukung dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi.
Dengan demikian, OJK optimis bahwa perbankan Indonesia siap menghadapi tantangan di tahun 2025. Bantalan permodalan yang kuat, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang positif, dan koordinasi yang baik dengan berbagai pihak akan memastikan stabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan sektor perbankan nasional. Hal ini akan berkontribusi pada stabilitas ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
"Pada tahun 2025, OJK memperkirakan perbankan akan tetap melanjutkan tren positif (baik penghimpunan dana maupun penyaluran kredit) dengan kredit diperkirakan dapat tumbuh double digit," kata Dian Ediana Rae.
"Jika penghimpunan dana cukup positif, maka ketersediaan likuiditas perbankan akan tetap terjaga dan menjadi sumber utama penyaluran kredit perbankan," tambahnya.