Mahasiswa Untirta Ciptakan Program Kreator Inklusi untuk Siswa Tuli
Mahasiswa Untirta berkolaborasi dengan berbagai pihak menyelenggarakan workshop kreator inklusi untuk memberdayakan siswa tuli dalam dunia digital.

Seorang mahasiswa Pendidikan Khusus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Danish Akbar Firdausy Asbari, telah menginisiasi sebuah program inovatif bernama kreator inklusi. Program ini berupa workshop yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan digital siswa-siswi tuli di Sekolah Luar Biasa (SLB) Santi Rama, Jakarta Selatan. Workshop tersebut diselenggarakan pada tanggal 11 Maret di Tangerang, Banten, dan merupakan bagian dari program inkubasi Impact yang diselenggarakan oleh Gerakan Indonesia Mengajar, sebuah kolaborasi dengan tim Domino’s Impact.
Inisiatif ini muncul dari keprihatinan Danish dan timnya, Ikhwa, Aersal, dan Sofia, atas terbatasnya akses siswa tuli terhadap dunia digital, khususnya dalam bidang content creator. Mereka melihat potensi besar yang belum tergali dari siswa-siswi tuli dan ingin memberdayakan mereka untuk berkarya di dunia digital.
Workshop kreator inklusi ini diikuti oleh 19 siswa SMALB kelas 10 dan 11. Mereka dilatih untuk membangun personal branding dan membuat konten yang inklusif dan berdampak. Selain pelatihan praktis, workshop juga menghadirkan talkshow dengan narasumber dari KONEKIN dan Yayasan Pendidikan Kesehatan Mental, yang memberikan wawasan tentang strategi sukses dalam membangun karier digital yang inklusif.
Membangun Personal Branding dan Konten Inklusif
Dalam workshop ini, para siswa tuli mendapatkan pelatihan intensif mengenai cara membangun personal branding yang efektif di dunia digital. Mereka diajarkan bagaimana menciptakan konten yang menarik, informatif, dan mudah diakses oleh khalayak luas. Para narasumber menekankan pentingnya konsistensi dalam berkarya dan memilih niche yang tepat untuk menjangkau audiens target.
Founder dan CEO KONEKIN, Marthella Sirait, memberikan arahan mengenai pentingnya memilih niche yang sesuai dengan minat dan keahlian. Ia juga mengajak para peserta untuk mengubah konten-konten yang mendiskriminasi kelompok difabel menjadi konten edukasi yang lebih inklusif. "Ketika kontennya mendiskriminasi teman-teman difabel, itu menjadi celah untuk kita buat video reaksi sekaligus edukasinya. Pola pikir kita bukan pada belas kasihan, tetapi lebih kepada pemberdayaan," ujar Marthella.
Sementara itu, Sylvia Adriana selaku Founder Yayasan Pendidikan Kesehatan Mental, menekankan pentingnya pengendalian diri dalam menghadapi komentar negatif di dunia digital. Ia juga mengingatkan bahwa inklusivitas tidak hanya berlaku di dunia maya, tetapi juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. "Di dunia nyata, mulailah dengan memahami bahwa setiap orang unik dan beragam. Dengan memahami pola pikir tersebut, sikap seseorang pun akan terbawa ke dunia digital," jelasnya.
Dampak Jangka Panjang dan Harapan untuk Masa Depan
Danish berharap program kreator inklusi ini dapat memberikan dampak jangka panjang bagi siswa-siswi tuli. Ia ingin dunia digital menjadi ruang yang lebih inklusif dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan potensi dan berkarya. "Saya ingin dunia digital menjadi ruang yang lebih inklusif bagi teman-teman Tuli. Mereka memiliki potensi besar untuk berkarya dan menjadi content creator yang inspiratif," kata Danish.
Program ini tidak hanya memberikan pelatihan keterampilan digital, tetapi juga membangun kepercayaan diri dan membuka peluang bagi siswa-siswi tuli untuk berpartisipasi aktif dalam dunia digital. Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan program ini dapat menjadi contoh bagi inisiatif serupa di masa mendatang dan semakin mendorong inklusi digital di Indonesia.
Inisiatif ini menunjukkan kepedulian dan komitmen untuk menciptakan kesetaraan akses bagi semua individu, termasuk penyandang disabilitas, dalam memanfaatkan teknologi dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa. Semoga program ini dapat menginspirasi lebih banyak individu dan organisasi untuk berkontribusi dalam menciptakan dunia digital yang lebih inklusif dan setara.