Masyarakat Tionghoa Maluku: Harmoni dalam Keberagaman
Artikel ini mengupas sejarah, budaya, dan kontribusi signifikan masyarakat Tionghoa di Maluku, khususnya Ambon, yang hidup rukun dan harmonis berdampingan dengan penduduk lokal.

Masyarakat Tionghoa di Maluku: Perpaduan Budaya yang Harmonis
Konsep Tian Xia, yang menekankan persaudaraan dan kebahagiaan universal bagi semua manusia, menjadi kunci bagaimana etnis Tionghoa di Ambon, Maluku, dapat berintegrasi dengan indah ke dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Lebih dari 40.000 warga keturunan Tionghoa saat ini hidup berdampingan, bahkan menjalin ikatan keluarga, di tanah yang dikenal sebagai Bumi Raja-Raja ini. Keharmonisan ini semakin terlihat nyata dengan keberadaan Klenteng Suarna Giri Tirta di Ambon, tempat pemujaan bagi masyarakat Tionghoa di Pulau Ambon yang ramai dikunjungi setiap perayaan Imlek.
Sejarah yang Tak Tercatat: Mengungkap Jejak Tionghoa di Maluku
Sejarah kedatangan etnis Tionghoa ke Maluku masih menjadi misteri. Kurangnya catatan sejarah membuat kita mengandalkan cerita turun-temurun dan sedikit bukti sejarah yang ada. Meskipun begitu, terdapat beberapa teori. Sumber-sumber menyebutkan kemungkinan kontak sejak Dinasti Tang (618-906), di mana Maluku (mungkin disebut ‘Miliku’) tercatat dalam catatan dinasti tersebut. Teori lain, berdasarkan nama tempat di Ambon seperti Tantui (yang berarti ‘menjelajahi kaki’ dalam bahasa Tionghoa) yang sesuai dengan letak geografisnya, menunjukkan kemungkinan pengaruh budaya Tionghoa yang lebih lama.
Asimilasi dan Perpaduan Budaya yang Unik
Pada masa Orde Baru, warga Tionghoa di Indonesia, termasuk di Maluku, diminta mengganti nama untuk mendapatkan Surat Bukti Kewarganegaraan RI (SBKRI). Uniknya di Maluku, banyak yang menggabungkan marga Tionghoa mereka dengan marga berbau Maluku, seperti Jauwerissa, Tanner, atau Onggaria, menciptakan identitas baru yang unik. Proses ini memperkuat ikatan dan asimilasi budaya, meskipun perayaan Imlek dan Cap Go Meh tetap dirayakan dengan meriah. Ini membuktikan keberagaman budaya dan agama yang harmonis di Ambon.
Kontribusi Ekonomi yang Signifikan
Etnis Tionghoa telah lama berperan penting dalam perekonomian Maluku. Awalnya sebagai pedagang hasil bumi dan laut, mereka memperkenalkan sistem jual beli modern dan manajemen pasca panen. Seiring waktu, mereka membangun berbagai usaha, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Saat ini, peran mereka bahkan meluas ke hilirisasi industri perikanan dan ekspor rempah-rempah.
Imlek 2576: Mempererat Persaudaraan dan Harapan
Perayaan Imlek 2576 (2025 Masehi) di Maluku dimaknai sebagai momen untuk memperkuat harmoni dan persaudaraan. Ketua Permabudhi Maluku, Alin Tjoa, menekankan makna Imlek sebagai perayaan cinta, keluarga, dan harapan. Simbol-simbol Imlek seperti lampion, makanan, dan angpao merepresentasikan harapan, kelimpahan, dan kebahagiaan. Tahun shio Ular Kayu ini diharapkan membawa kebaikan dan mempererat tali persaudaraan di Maluku untuk masa depan yang damai dan toleran. “Gong Xi Fa Cai, mari pererat persaudaraan, bangun Maluku menuju Maluku maju!”