Menbud Harap Gua Jepang di Kupang Jadi Cagar Budaya: Jejak Sejarah Perang Dunia II
Menteri Kebudayaan Fadli Zon mendorong Gua Jepang Fatusuba di Kupang, NTT, untuk ditetapkan sebagai cagar budaya, mengingat nilai sejarahnya yang signifikan terkait Perang Dunia II.

Kupang, 27 April 2024 - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Fadli Zon mengunjungi Gua Jepang Fatusuba di Desa Baumata, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Minggu, 27 April 2024. Kunjungan ini dilakukan setelah serangkaian kunjungan kerja di NTT sejak Jumat (25/4), termasuk kunjungan ke Kabupaten Flores Timur. Dalam kunjungan tersebut, Menbudpar Fadli Zon menyampaikan harapannya agar Gua Jepang Fatusuba ditetapkan sebagai cagar budaya. Ia menekankan pentingnya penelitian dan kajian lebih lanjut untuk mendukung proses penetapan tersebut, yang melibatkan para ahli dan pemerintah daerah.
Menbudpar Fadli Zon didampingi oleh Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma, dalam peninjauan Gua Jepang Fatusuba. Keduanya menggunakan peralatan pengaman lengkap, seperti helm, senter, dan sepatu bot, untuk menyusuri lorong-lorong gua yang becek dan licin. Kondisi gua yang lembab dan menantang tidak menyurutkan semangat mereka untuk menelusuri dan melihat langsung kondisi di dalam gua tersebut. Kunjungan ini menandai langkah awal dalam upaya pelestarian situs bersejarah ini.
Kehadiran Balai Pelestarian Kebudayaan XVI di Provinsi NTT diharapkan dapat mempercepat proses pelestarian situs-situs bersejarah, termasuk Gua Jepang Fatusuba. Kementerian Kebudayaan berharap agar upaya pelestarian ini dapat melibatkan masyarakat dan komunitas setempat secara aktif. Hal ini penting untuk memastikan kelestarian situs sejarah ini untuk generasi mendatang dan untuk menghormati nilai sejarah yang terkandung di dalamnya.
Potensi Gua Jepang Fatusuba sebagai Cagar Budaya
Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma, menyampaikan terima kasih atas kunjungan Menbudpar Fadli Zon dan mendukung penuh upaya penetapan Gua Jepang Fatusuba sebagai cagar budaya. Ia menginstruksikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT untuk segera mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk penelitian lebih lanjut. Data tersebut akan mencakup informasi dari berbagai sumber, termasuk masyarakat sekitar dan akademisi dari perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Semua data dan bahan yang dikumpulkan nantinya akan dikirimkan ke Kementerian Kebudayaan untuk ditindaklanjuti. Proses ini diharapkan dapat memperkuat dasar penetapan Gua Jepang Fatusuba sebagai cagar budaya dan memberikan gambaran yang komprehensif tentang nilai sejarah situs tersebut.
Gua Jepang Fatusuba memiliki nilai sejarah yang sangat signifikan. Berusia sekitar 80 tahun, gua ini menyimpan jejak sejarah Perang Dunia II, ketika Jepang menduduki wilayah Pasifik. Pada masa itu, gua ini digunakan sebagai tempat perlindungan dan markas militer Jepang.
Informasi awal mengenai Gua Jepang Fatusuba berasal dari Pendeta GMIT Mizpa di Kampung Bonen. Pendeta tersebut yang kemudian menelusuri dan mengungkap keberadaan gua-gua Jepang tersebut kepada pemerintah.
Proses dan Kolaborasi Pelestarian
Kunjungan Menbudpar Fadli Zon ke Gua Jepang Fatusuba juga dihadiri oleh beberapa pejabat terkait, termasuk Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Ambros Kodo; Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT, Noldi Pelokila; dan Pendeta GMIT Mizpa, Pdt. Otniel Dani Liu, serta Pdt. Desy Takengkeng. Kehadiran mereka menunjukkan komitmen bersama dalam upaya pelestarian situs bersejarah ini.
Proses penetapan sebagai cagar budaya memerlukan penelitian dan kajian mendalam untuk memastikan kelayakan dan nilai sejarahnya. Kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, para ahli, dan masyarakat setempat sangat penting untuk memastikan keberhasilan upaya pelestarian ini. Dengan demikian, Gua Jepang Fatusuba dapat dijaga kelestariannya dan menjadi bagian penting dari warisan budaya Indonesia.
Proses ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk melestarikan warisan sejarah Indonesia. Dengan penetapan sebagai cagar budaya, Gua Jepang Fatusuba diharapkan dapat menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik dan sekaligus menjadi pembelajaran bagi generasi mendatang tentang peristiwa penting dalam sejarah Indonesia.
Semoga dengan adanya upaya pelestarian ini, Gua Jepang Fatusuba dapat tetap terjaga kelestariannya dan menjadi destinasi wisata sejarah yang edukatif dan menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal ini sekaligus dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian masyarakat sekitar.