Mengekstrak Suara Tuhan: Bagaimana Penguasa Mencari Hikmah di Balik Suara Rakyat?
Artikel ini membahas tantangan pemimpin dalam menafsirkan suara rakyat, mencari keseimbangan antara opini mayoritas dan kehendak Ilahi, serta pentingnya peran para ahli dan komunikasi yang efektif.

Artikel ini mengkaji makna adagium “Vox populi, vox Dei” (suara rakyat adalah suara Tuhan) yang ternyata memiliki interpretasi berbeda dari yang selama ini dipahami. Penulis membahas dua pertanyaan krusial bagi para penguasa: bagaimana mengekstrak suara rakyat yang mewakili kehendak Ilahi, dan bagaimana tetap mendapatkan dukungan rakyat ketika opini publik tidak selaras dengan nilai-nilai luhur. Artikel ini ditulis oleh Dr. Destika Cahyana, SP, M.Sc, seorang anggota Majelis Amanah DPP GEMA Mathla’ul Anwar, dan dimuat di Antara pada 1 April 2025.
Penulis menjelaskan bahwa memahami “Vox populi, vox Dei” membutuhkan sistem yang mengintegrasikan pertimbangan rasional, etika, dan nilai-nilai moral. Ini bukan sekadar mengikuti suara mayoritas, tetapi juga mempertimbangkan keadilan, kebenaran, dan kesejahteraan umum. Prosesnya melibatkan dialog, konsultasi, dan nasihat dari berbagai ahli dari berbagai disiplin ilmu. Alcuin, seorang sarjana Inggris abad pertengahan, menunjukkan bahwa kerumunan dan kerusuhan massa tidak selalu mencerminkan kebenaran ilahi.
Kesimpulannya, mengekstrak suara Tuhan dari beragam suara rakyat merupakan tantangan besar yang membutuhkan proses penyaringan yang bijak. Opini mayoritas tidak selalu mencerminkan kebenaran atau kehendak Ilahi, sehingga diperlukan kearifan dan pertimbangan yang lebih luas dalam pengambilan keputusan oleh para pemimpin.
Mencari Suara Ilahi di Tengah Keragaman Rakyat
Untuk mengekstrak suara rakyat yang merepresentasikan kehendak Ilahi, dibutuhkan sistem yang memadukan pertimbangan rasional, etika, dan nilai-nilai moral. Proses ini tidak bisa hanya bergantung pada angka atau opini mayoritas, tetapi harus mempertimbangkan konteks yang lebih luas, termasuk keadilan, kebenaran, dan kesejahteraan umum. Penguasa harus mampu menyaring informasi dengan bijaksana melalui dialog dan konsultasi dengan berbagai elemen masyarakat.
Peran para ahli dari berbagai disiplin ilmu sangat penting dalam proses ini. Mereka dapat berasal dari ilmuwan, akademisi, dan praktisi yang kompeten di bidangnya. Para ahli ini berperan sebagai “steering of nation”, memberikan panduan berdasarkan pengetahuan, riset, pengalaman, dan prinsip-prinsip moral atau etika. Mereka membantu penguasa memahami apakah suara rakyat mencerminkan nilai-nilai yang lebih tinggi.
Di Indonesia, organisasi profesi seperti Perhimpunan Periset Indonesia (PPI), Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI), dan banyak lagi, memiliki peran penting dalam memberikan perspektif ilmiah, moral, dan spiritual. Para ahli ini membantu penguasa membuat keputusan yang lebih bijaksana dan adil, berdasarkan kebenaran yang lebih tinggi daripada sekadar mengikuti opini mayoritas.
Sebagai alternatif sistem demokrasi saat ini, artikel ini juga membahas kemungkinan adanya anggota legislatif yang merupakan perwakilan para ahli di bidangnya. Hal ini dapat menjadi tandem bagi anggota legislatif yang dipilih secara langsung oleh rakyat.
Merangkul Rakyat di Tengah Perbedaan Pandangan
Ketika pandangan umum rakyat tidak selaras dengan kehendak Ilahi, penguasa perlu mengedepankan transparansi, komunikasi yang jelas, dan pendidikan publik. Penulis mencontohkan bagaimana Franklin D. Roosevelt dan Kaisar Hirohito berkomunikasi dengan rakyatnya dalam situasi sulit, menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan membuat rakyat merasa didengar.
Pemerintah perlu menjelaskan alasan di balik kebijakan yang diambil, menunjukkan bagaimana keputusan tersebut berpijak pada prinsip-prinsip yang lebih tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat. Masyarakat juga perlu diajak berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan dan diberi ruang untuk menyuarakan pendapat secara konstruktif.
Dengan komunikasi yang efektif dan partisipasi publik, pemerintah dapat tetap memperoleh dukungan meskipun keputusan yang diambil tidak selalu sesuai dengan pandangan mayoritas. Transparansi dan keterbukaan informasi juga menjadi kunci penting dalam membangun kepercayaan rakyat.
Pada akhirnya, keselarasan antara suara rakyat, suara Tuhan, dan keputusan pemerintah membutuhkan kesadaran kolektif dan proses reflektif yang melibatkan berbagai pihak, terutama para ahli di bidangnya masing-masing. Keberhasilan suatu bangsa tidak hanya diukur dari seberapa besar suara mayoritas didengarkan, tetapi juga seberapa bijaksana suara tersebut disaring dan dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip kebaikan bersama.