MUI Ajak Masyarakat Indonesia Jaga Toleransi dan Saling Menghormati
Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI, Habib Nabiel Almusawa, menyerukan pentingnya toleransi dan saling menghargai perbedaan pendapat di tengah masyarakat Indonesia yang plural, untuk menjaga nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja).
MUI Serukan Pentingnya Toleransi di tengah Kemajemukan Indonesia
Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Habib Nabiel Almusawa, pada Jumat, 17 Januari, menyerukan masyarakat Indonesia untuk senantiasa menjaga toleransi dan menghargai perbedaan pendapat. Seruan ini disampaikan untuk memperkuat nilai-nilai moral dan akhlak Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) di tengah masyarakat yang semakin plural.
Menurut Habib Nabiel, toleransi merupakan ajaran inti Aswaja yang harus ditegakkan. Hal ini penting mengingat keragaman budaya dan kepercayaan yang ada di Indonesia. Ia menekankan bahwa Aswaja, yang berpedoman pada ajaran Nabi Muhammad SAW, mengajarkan sikap yang lembut dan menghindari sikap mudah mengkafirkan orang lain atau memecah belah persatuan bangsa.
Habib Nabiel juga mengingatkan bahwa mengklaim diri sebagai yang paling benar atau paling memahami sunah merupakan bentuk kesombongan yang dapat merusak nilai-nilai keislaman. Sikap seperti ini bertentangan dengan prinsip dasar Aswaja yang menekankan kerukunan dan persatuan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa empat mazhab utama di Indonesia, yakni Mazhab Hambali, Maliki, Hanafi, dan Syafi'i, semuanya menganut Aswaja. Namun, Aswaja di Indonesia memiliki karakteristik unik karena telah beradaptasi dan berakulturasi dengan budaya lokal, seperti yang terlihat dalam strategi Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Indonesia. Adaptasi ini menghasilkan karakter moderat dan toleran yang menjadi ciri khas Islam di Indonesia.
Sikap intoleransi, ekstremisme, dan mudah menghakimi orang lain dinilai bertentangan dengan karakter budaya Indonesia dan dapat memicu konflik. Perbedaan pendapat dalam masalah fikih, misalnya, tidak serta-merta menjadikan seseorang sesat. Yang terpenting adalah saling menghormati dan menghindari sikap saling mengkafirkan atau menyimpangkan.
Habib Nabiel menegaskan pentingnya menjaga perbedaan pendapat tetap dalam koridor saling menghargai. "Punya dalil nggak apa-apa, tetapi saling menghormati, nggak boleh mau vonis itu kafir itu syirik. Hendaknya mereka juga menghormati yang seperti itu," katanya.
Kesimpulannya, seruan MUI ini menekankan pentingnya membangun masyarakat Indonesia yang rukun dan toleran, dengan saling menghargai perbedaan pendapat dan menghindari sikap yang dapat memecah belah persatuan.