Kakanwil Kemenag Sulut Imbau Umat Buddha Jaga Kerukunan: Egosentris Akar Konflik
Kepala Kantor Wilayah Kemenag Sulut, Ulyas Taha, mengimbau umat Buddha untuk menjaga kerukunan antarumat beragama, menekankan pentingnya dialog internal dan moderasi beragama di tengah efisiensi anggaran.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Sulawesi Utara, Ulyas Taha, mengajak umat Buddha di Sulawesi Utara untuk senantiasa menjaga kerukunan, baik di internal maupun antarumat beragama. Imbauan ini disampaikan di Manado pada Kamis, 1 Mei 2024. Pernyataan tersebut menekankan pentingnya toleransi dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat yang majemuk di Indonesia.
Menurut Kakanwil, egosentrisme merupakan akar dari banyak konflik. Oleh karena itu, saling memahami dan merendahkan ego pribadi demi kepentingan bersama menjadi sangat penting. Hal ini menjadi kunci utama dalam menjaga keharmonisan dan mencegah potensi konflik di masa mendatang. Kakanwil juga menekankan pentingnya peran aktif setiap individu dalam membangun kerukunan.
Lebih lanjut, Ulyas Taha menjelaskan pentingnya dialog internal sebagai wadah refleksi dan komunikasi antarumat beragama. Dialog ini, menurutnya, berperan krusial dalam memperkuat nilai-nilai toleransi dan kebersamaan. Ia menegaskan bahwa meskipun terdapat efisiensi anggaran, dialog semacam ini harus tetap dijalankan secara berkelanjutan sebagai komitmen nyata dalam menjaga kerukunan umat.
Pentingnya Moderasi Beragama dan Peran Kemenag
Kakanwil Kemenag Sulawesi Utara mengingatkan bahwa keberadaan Kementerian Agama adalah untuk mengurus urusan keagamaan dengan prinsip moderasi beragama dalam bingkai negara demokrasi. Moderasi beragama, menurut beliau, menjadi kunci dalam menjaga kerukunan dan mencegah terjadinya konflik antarumat beragama. Kemenag memiliki peran strategis dalam menjaga dan merawat toleransi antarumat beragama di Indonesia.
Ulyas Taha juga menyampaikan rasa syukur atas kehidupan beragama yang rukun dan damai di Indonesia, yang berbeda dengan beberapa negara lain yang meskipun memiliki banyak agama, namun sistem pemerintahannya bersifat sekuler. Di Indonesia, keberagaman agama justru menjadi kekuatan dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini menunjukkan pentingnya peran pemerintah dalam menjamin kebebasan beragama sekaligus menjaga kerukunan antarumat beragama.
Ia menambahkan bahwa orang yang bijaksana adalah mereka yang tidak terpengaruh oleh predikat, jabatan, atau harta. Kualitas inilah yang mencerminkan keimanan yang sejati. Dengan demikian, kerukunan internal umat beragama akan berdampak positif pada kualitas pekerjaan dan pelayanan, menciptakan lingkungan yang lebih produktif dan harmonis.
Menjaga Kerukunan di Tengah Kemajemukan
Imbauan Kakanwil Kemenag Sulawesi Utara ini sangat relevan mengingat pentingnya menjaga kerukunan antarumat beragama di Indonesia, khususnya di Sulawesi Utara. Kemajemukan agama di Indonesia merupakan kekayaan bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan. Kerukunan antarumat beragama menjadi kunci dalam menciptakan stabilitas dan kemajuan bangsa.
Melalui dialog dan komunikasi yang intensif, diharapkan dapat tercipta pemahaman dan toleransi yang lebih baik antarumat beragama. Hal ini akan memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa, serta mencegah terjadinya konflik yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Peran serta seluruh elemen masyarakat, termasuk tokoh agama dan pemerintah, sangat penting dalam menjaga kerukunan ini.
Dengan menjaga kerukunan, Indonesia dapat terus menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam keberagaman dan toleransi. Keberhasilan Indonesia dalam menjaga kerukunan antarumat beragama merupakan aset berharga yang perlu terus dijaga dan dikembangkan untuk generasi mendatang. Hal ini juga akan meningkatkan citra Indonesia di mata dunia sebagai negara yang damai dan toleran.
Kesimpulannya, imbauan Kakanwil Kemenag Sulawesi Utara ini merupakan langkah penting dalam menjaga kerukunan umat beragama di Sulawesi Utara. Dengan komitmen bersama dan peran aktif seluruh pihak, diharapkan kerukunan dan kedamaian dapat terus terjaga dan menjadi ciri khas kehidupan bermasyarakat di Indonesia.