MUI Ajak Umat Maksimalkan Puasa untuk Perkuat Kesalehan Sosial
Sekjen MUI mengajak masyarakat Indonesia memanfaatkan Ramadhan untuk memperkuat kesalehan sosial, mentransformasikan ibadah pribadi menjadi aksi nyata bagi kebaikan bangsa.

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan, menyerukan umat Islam Indonesia untuk memanfaatkan bulan Ramadhan sebagai momentum penting dalam memperkuat kesalehan sosial. Ajakan ini disampaikan melalui keterangan resmi di Jakarta pada Kamis, 6 Maret 2024. Amirsyah mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan puasa Ramadhan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas diri dan berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.
Amirsyah menekankan pentingnya optimisme dalam beribadah. Menurutnya, ibadah puasa yang dijalankan dengan penuh keikhlasan mampu membentuk insan yang bersih lahir batin. Hal ini selaras dengan pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, yang menyebut puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga memelihara dan menjaga diri secara holistik.
Lebih lanjut, Amirsyah menghubungkan praktik kesalehan sosial dengan upaya meminimalisir masalah korupsi yang tengah melanda Indonesia. Ia percaya bahwa penguatan kesalehan pribadi akan berakumulasi menjadi kesalehan sosial, yang pada akhirnya dapat mengurangi praktik-praktik koruptif. Dengan demikian, ibadah puasa tidak hanya menjadi ritual keagamaan semata, tetapi juga menjadi landasan moral untuk membangun bangsa yang lebih baik.
Langkah Konkret Mewujudkan Kesalehan Sosial
Amirsyah Tambunan memaparkan langkah-langkah konkret untuk mewujudkan kesalehan sosial. Pertama, ia menekankan perlunya perubahan sistem yang mampu mencegah korupsi sejak dini, dari niat hingga perilaku. Sistem yang transparan dan akuntabel menjadi kunci utama dalam upaya ini. Kedua, dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki integritas dan kapasitas yang mumpuni untuk menjalankan roda pemerintahan dengan bersih dan jujur.
Namun, Amirsyah mengingatkan bahwa kesadaran kolektif sangat penting. Seorang individu yang saleh pun dapat terjerumus dalam praktik korupsi jika sistem yang dianutnya sudah rusak. Oleh karena itu, perubahan sistem dan peningkatan integritas individu harus berjalan beriringan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi terciptanya kesalehan sosial.
Sebagai contoh, Amirsyah mencontohkan sejumlah pahlawan nasional Indonesia yang telah berhasil mengintegrasikan kesalehan pribadi dengan kesalehan sosial. KH Ahmad Dahlan, Buya Hamka, Soekarno, dan Mohammad Hatta menjadi teladan dalam hal ini. Mereka menunjukkan bagaimana nilai-nilai keagamaan dapat diwujudkan dalam tindakan nyata untuk kemajuan bangsa dan negara.
Indonesia Sebagai Kekuatan Spiritual
Amirsyah menegaskan bahwa Indonesia, sebagai negara yang menganut sistem Ketuhanan Yang Maha Esa, memiliki potensi besar sebagai kekuatan spiritual dalam membentuk pribadi yang bertaqwa. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan ibadah puasa Ramadhan sebagai momentum muhasabah diri dan transformasi dari kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial.
Dengan demikian, bulan Ramadhan bukan hanya waktu untuk meningkatkan ketaqwaan individu, tetapi juga waktu untuk merefleksikan diri dan berkontribusi nyata bagi masyarakat dan bangsa. Puasa Ramadhan diharapkan dapat menjadi pendorong bagi terciptanya Indonesia yang lebih adil, makmur, dan bermartabat.
Melalui ajakan ini, MUI berharap dapat mendorong peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesalehan sosial dalam membangun bangsa. Dengan menggabungkan praktik ibadah dengan tindakan nyata, diharapkan tercipta masyarakat Indonesia yang lebih baik dan berakhlak mulia.
Ajakan ini juga sejalan dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan. Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta sinergi antara nilai-nilai agama dan pembangunan bangsa.