Negosiasi Damai Ukraina-Rusia: Peran Ukraina Tak Tergantikan
Diplomat Ukraina tegaskan negosiasi damai konflik Rusia-Ukraina tak mungkin tanpa melibatkan Ukraina; perdamaian harus adil dan langgeng, hormati kedaulatan Ukraina.

Konflik antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung hampir setahun, menimbulkan pertanyaan besar terkait upaya perdamaian. Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Ukraina di Jakarta, Yevhenia Shynkarenko, dengan tegas menyatakan bahwa negosiasi damai tidak mungkin terwujud tanpa partisipasi aktif Ukraina. Pernyataan tersebut disampaikan pada Kamis lalu, saat beliau menghadiri peluncuran papan solidaritas #StandWithUkraine di Kedutaan Besar Polandia, Jakarta.
Menurut Yevhenia, upaya penyelesaian konflik yang mengabaikan suara dan hak-hak Ukraina sama saja dengan mengabaikan akar permasalahan. Beliau menekankan pentingnya peran Ukraina dalam menentukan masa depan negaranya sendiri. "Suara kami harus didengar dan hak-hak kami harus dihormati," tegasnya.
Keinginan Ukraina untuk mengakhiri perang dengan Rusia tidak perlu diragukan. Namun, Yevhenia menekankan bahwa perdamaian yang dicapai haruslah perdamaian yang nyata, adil, dan langgeng. Perdamaian tersebut harus berdasarkan prinsip-prinsip Piagam PBB dan menghormati kedaulatan serta integritas teritorial Ukraina dalam batas-batas yang diakui secara internasional.
Perang di Ukraina: Lebih dari Sekadar Konflik Lokal
Yevhenia Shynkarenko memberikan perspektif yang lebih luas mengenai konflik ini. Beliau menyatakan bahwa Ukraina bukanlah satu-satunya korban agresi Rusia. Sejarah mencatat sejumlah negara, termasuk Polandia, Finlandia, negara-negara Baltik, Georgia, dan Moldova, yang telah merasakan dampak negatif dari imperialisme Rusia selama seabad terakhir.
Oleh karena itu, perjuangan Ukraina bukan hanya sekadar perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan negara sendiri. Lebih dari itu, perjuangan ini merupakan pertaruhan bagi tatanan dunia yang adil dan stabil. Konflik ini menentukan apakah agresi dan ambisi kekaisaran akan dibiarkan menang di abad ke-21.
Pernyataan ini memberikan konteks penting bagi pemahaman konflik Ukraina-Rusia. Bukan hanya masalah perebutan wilayah, tetapi juga tentang prinsip-prinsip internasional dan masa depan tatanan dunia.
Konflik ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menghormati kedaulatan negara dan integritas teritorial. Perdamaian yang berkelanjutan hanya dapat terwujud jika semua pihak, termasuk Ukraina, dilibatkan dalam proses negosiasi dan penyelesaian konflik.
Pembicaraan Riyadh: Ketiadaan Ukraina Dipertanyakan
Pembicaraan antara pemimpin Rusia dan Amerika Serikat di Riyadh, Arab Saudi pada 18 Februari 2024 lalu, menarik perhatian dunia. Namun, ketidakhadiran Ukraina dalam pembicaraan tersebut menimbulkan pertanyaan besar. Hal ini semakin memperkuat pernyataan Yevhenia Shynkarenko tentang pentingnya keterlibatan Ukraina dalam setiap upaya negosiasi damai.
Tanpa partisipasi Ukraina, negosiasi tersebut dikhawatirkan akan menghasilkan kesepakatan yang tidak adil dan tidak berkelanjutan. Hal ini dapat memicu konflik lebih lanjut di masa depan dan menghambat upaya perdamaian yang sebenarnya.
Ketiadaan Ukraina dalam pembicaraan tersebut juga menimbulkan kekhawatiran tentang keseimbangan kekuatan dan pengaruh dalam upaya penyelesaian konflik. Perlu diingat bahwa Ukraina adalah pihak yang paling memahami konteks konflik dan memiliki kepentingan langsung dalam penyelesaiannya.
Oleh karena itu, keikutsertaan aktif Ukraina dalam setiap proses negosiasi merupakan hal yang krusial untuk mencapai perdamaian yang adil, langgeng, dan berkelanjutan.
Kesimpulannya, pernyataan Yevhenia Shynkarenko menyoroti pentingnya peran Ukraina dalam negosiasi damai konflik dengan Rusia. Perdamaian yang berkelanjutan hanya dapat terwujud dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan, termasuk Ukraina, dan menghormati kedaulatan serta integritas teritorialnya.