Nuzululquran: Bukan Sekadar Rutinitas Tahunan, tapi Implementasi Akhlakul Karimah
Guru Besar UIN Makassar mengajak umat Islam menghayati Nuzululquran bukan hanya sebagai rutinitas tahunan, tetapi juga mengamalkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

Jakarta, 19 Maret 2024 (ANTARA) - Peristiwa Nuzululquran, turunnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW., tidak hanya diperingati sebagai rutinitas tahunan, tetapi harus dihayati sebagai momentum pengamalan akhlakul karimah dalam kehidupan. Hal ini disampaikan oleh Guru Besar UIN Alauddin Makassar, Prof. Muammar Bakry, yang mengajak umat Islam untuk merenungkan makna mendalam dari peristiwa suci ini.
Prof. Muammar Bakry menyoroti ironi yang sering terjadi di bulan Ramadan, di mana terkadang masih terdengar kabar kekerasan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengaku beragama. Menurutnya, hikmah Nuzululquran seharusnya mampu mentransformasi perilaku umat Islam menjadi lebih baik, terlepas dari waktu dan tempat. "Seharusnya, hikmah Nuzululquran itu tidak lagi melihat sekat waktu dan tempat, tetapi turunnya Al-Qur'an ditunjukkan dengan esensinya yang segera diamalkan dengan sebaik-baiknya," tegas Prof. Bakry.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa Ramadan bukan hanya bulan puasa, tetapi juga bulan turunnya Al-Qur'an. Pertanyaan mendasar yang perlu direnungkan adalah sejauh mana Al-Qur'an telah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Prof. Muammar menekankan pentingnya kesalehan individual yang tercermin dalam perilaku sosial, sebagai buah dari pemahaman dan pengamalan ajaran agama secara kaffah.
Menghayati Makna Nuzululquran dalam Kehidupan Sehari-hari
Prof. Muammar Bakry mengkritik sebagian orang atau kelompok yang mengaku taat beragama, namun justru menimbulkan kegaduhan dengan memaksakan pemahaman agamanya kepada orang lain. Beliau menyatakan, "Seharusnya ritual ibadah yang dilakukan dengan baik dan memahami hakikat dari ibadah tersebut pasti akan berdampak secara sosial. Jadi, tidak ada orang yang ibadahnya bagus, tetapi kemudian menampilkan sikap egois. Itu berarti tidak ada pengaruh dan dampak positif dari ibadah tersebut."
Ia berharap, bulan Ramadan yang bertepatan dengan Hari Raya Nyepi dapat menjadi momentum untuk saling menghargai antarumat beragama. Kedekatan kedua hari raya ini seharusnya mendorong toleransi dan saling menghormati antara umat Islam dan Hindu dalam merayakan hari besar masing-masing. "Umat Islam akan lebih tampak syiarnya dengan banyak kegiatan, terutama menjelang Lebaran. Di sisi lain, Hari Raya Nyepi diharapkan bisa menyampaikan pesan untuk membendung diri dari kegiatan-kegiatan yang melibatkan keramaian," jelas Prof. Muammar.
Lebih lanjut, beliau mencatat bahwa masyarakat nonmuslim seringkali menunjukkan sikap menghargai umat Islam yang berpuasa. Sikap toleransi dan saling menghormati ini patut dicontoh dan dijaga. Prof. Muammar mengingatkan agar umat Islam tidak merusak kemuliaan bulan Ramadan dengan tindakan-tindakan yang tidak mencerminkan nilai-nilai ajaran Islam. "Jangan sampai umat Islam sendiri yang merusak kemuliaan bulan puasa," pesannya.
Toleransi Antarumat Beragama di Bulan Ramadan
Momentum Ramadan dan berdekatannya dengan Hari Raya Nyepi menjadi kesempatan untuk memperkuat nilai-nilai toleransi dan saling menghormati antarumat beragama. Sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan keyakinan perlu terus dijaga dan ditingkatkan. Hal ini sejalan dengan ajaran agama yang menekankan pentingnya kedamaian dan kerukunan hidup bermasyarakat.
Prof. Muammar Bakry juga menyoroti pentingnya implementasi nilai-nilai Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya sekedar ritual ibadah, tetapi juga bagaimana nilai-nilai tersebut diwujudkan dalam perilaku dan interaksi sosial. Dengan demikian, Nuzululquran tidak hanya menjadi rutinitas tahunan, tetapi menjadi pedoman hidup yang membawa dampak positif bagi individu dan masyarakat.
Semoga momentum Nuzululquran ini dapat mengingatkan kita semua akan pentingnya mengamalkan nilai-nilai akhlakul karimah, membangun toleransi antarumat beragama, dan menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis.
Kesimpulannya, perayaan Nuzululquran harus dimaknai sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas spiritual dan akhlak, bukan sekadar rutinitas belaka. Implementasi nilai-nilai Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang damai dan toleran.