Owasi-Owasika: Keajaiban Rumput Mei di Lembah Baliem yang Memukau
Keindahan Rumput Mei atau Owasi-Owasika di Lembah Baliem, Papua Pegunungan, memikat wisatawan dengan bunganya yang ungu dan hanya mekar setahun sekali di bulan Mei.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Fenomena alam unik bernama Owasi-Owasika, atau yang lebih dikenal sebagai Rumput Mei, terjadi di Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan. Setiap tahun antara tanggal 5 hingga 14 Mei, hamparan rumput ilalang ini bermekaran dengan bunga ungu yang memukau. Keindahannya menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung dan mengabadikannya. Keunikan ini hanya terjadi di Jayawijaya, karena kondisi alamnya yang sejuk dan cocok untuk pertumbuhan Rumput Mei. Masyarakat setempat memanfaatkan momen ini untuk mempromosikan daerahnya, dan para wisatawan datang untuk menyaksikan keindahan alam yang langka ini.
Keindahan Rumput Mei yang luar biasa telah menarik perhatian banyak wisatawan. Yulanda, seorang wisatawan dari Jayapura, mengungkapkan, "Saya sudah niatkan untuk kumpulkan uang dari awal tahun supaya dapat datang ke sini melihat secara langsung rumput indah ini. Semoga tahun depan bisa datang kembali untuk menikmati keindahan Rumput Mei." Hal ini menunjukkan daya tarik Rumput Mei bagi para wisatawan yang ingin menyaksikan keindahan alam yang unik dan langka ini.
Meskipun hanya berlangsung beberapa hari, fenomena ini memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Pengunjung dapat dengan bebas mengabadikan momen tersebut tanpa dipungut biaya, kecuali jika mengunjungi objek wisata lain di sekitar lokasi. Hal ini menunjukkan keramahan masyarakat setempat dan potensi besar Rumput Mei untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan di Lembah Baliem.
Pesona Owasi-Owasika di Lembah Baliem
Owasi-Owasika, dalam bahasa setempat, berarti 'daun berbau harum pada rumput itu'. Nama ini menggambarkan aroma harum yang khas dari Rumput Mei saat mekar. Rumput ini telah menghiasi Lembah Baliem sejak tahun 1970-an dan tumbuh subur di dataran tinggi yang kering. Keindahannya tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Jayawijaya, dengan latar belakang pegunungan yang menawan seperti Gunung Susu dan Pugima.
Lokasi-lokasi favorit untuk berswafoto antara lain Pasir Putih Kurulu, Wesaput, Walesi, dan Napua. Setiap tahun, lokasi-lokasi ini dipadati oleh masyarakat lokal dan wisatawan yang ingin mengabadikan momen langka ini. Keindahan alam yang ditawarkan Rumput Mei menjadi daya tarik utama bagi para pengunjung.
Keunikan Rumput Mei terletak pada waktu mekarnya yang hanya terjadi sekali setahun, yaitu di bulan Mei. Warna ungu kemerahan dari bunganya yang kecil-kecil menciptakan pemandangan yang sangat indah dan memikat. Keindahan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin mengabadikan momen tersebut dengan berfoto atau merekam video.
Selain keindahannya, Rumput Mei juga memiliki nilai ekonomis dan budaya bagi masyarakat setempat. Rumput ini dimanfaatkan sebagai pakan ternak, bahan pembuatan pagar tradisional, dan bahkan sebagai obat herbal. Hal ini menunjukkan kearifan lokal masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada.
Manfaat Ekonomi dan Budaya Rumput Mei
Meskipun tidak dipungut biaya masuk untuk menikmati keindahan Rumput Mei, kehadiran wisatawan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Amatus Huby, seorang pemuda setempat, menyatakan bahwa warga sangat senang dengan kehadiran pengunjung karena dapat mempromosikan daerahnya. Kehadiran wisatawan juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar melalui penjualan makanan dan minuman, serta jasa-jasa lainnya.
Pemerintah Kabupaten Jayawijaya juga turut mendukung pengembangan pariwisata di daerah tersebut. Sebelum adanya kebijakan efisiensi anggaran, Disbudpar menggelar kegiatan untuk menyambut fenomena Rumput Mei. Namun, kegiatan tersebut ditiadakan sementara waktu pada tahun 2025 karena kebijakan efisiensi anggaran. Meskipun demikian, potensi Rumput Mei untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) sangat besar.
Ke depan, setelah kebijakan efisiensi anggaran dilonggarkan, pemerintah daerah diharapkan dapat kembali menganggarkan dana untuk menyelenggarakan festival Rumput Mei. Festival ini dapat menjadi ajang promosi wisata yang efektif dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat dan pelestarian keindahan alam di Lembah Baliem.
Keindahan Rumput Mei yang tersebar di 40 distrik Kabupaten Jayawijaya merupakan anugerah alam yang perlu dijaga dan dilestarikan. Keunikan ini tidak ditemukan di daerah lain, baik di Papua Pegunungan maupun di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pelestarian dan pengembangan wisata berkelanjutan untuk menjaga keindahan alam ini agar tetap lestari untuk generasi mendatang.