Pakar UB Ciptakan Model Tata Kelola Ekosistem Laut Holistik: AIDA UB
Prof. Aida Sartimbul dari UB menciptakan AIDA UB, model tata kelola ekosistem laut holistik yang mengintegrasikan data ekosistem kompleks, AI, dan eDNA untuk mengurangi dampak negatif penangkapan ikan.

Guru Besar Universitas Brawijaya (UB) Prof. Aida Sartimbul meluncurkan AIDA UB, sebuah model inovatif untuk pengelolaan ekosistem laut yang holistik. AIDA UB, singkatan dari 'AI for Dynamics-ecosystem Analysis from UB', diluncurkan di Malang, Jawa Timur pada 29 Januari 2024. Inovasi ini muncul sebagai respon terhadap dampak aktivitas penangkapan ikan terhadap kesehatan ekosistem laut.
Model AIDA UB dirancang untuk mengatasi masalah kompleksitas data ekosistem laut. Sistem ini mengintegrasikan data dari berbagai sumber, mencakup interaksi antara sumber daya laut dan aktivitas penangkapan ikan. Prof. Aida menjelaskan bahwa AIDA UB menggabungkan dinamika ekosistem laut dengan pendekatan teknologi environmental DNA (eDNA), kecerdasan buatan (AI), dan otomatisasi.
Pemanfaatan teknologi AI menjadi kunci AIDA UB. AI membantu mengatasi kendala dalam pengumpulan, penyimpanan, dan analisis big data, khususnya data eDNA yang sangat besar. Dengan demikian, analisis data menjadi lebih efisien dan akurat.
Kekhawatiran terhadap dampak penangkapan ikan yang berlebihan menjadi latar belakang AIDA UB. Prof. Aida mencontohkan penurunan populasi ikan lemuru di Muncar sebagai akibat dari praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan. Ikan lemuru, sejenis ikan penting yang menyumbang hampir 90% produksi ikan jenisnya di Indonesia, populasinya menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir.
AIDA UB mengambil pendekatan holistik dengan mempertimbangkan faktor iklim. Perubahan iklim, khususnya peningkatan suhu permukaan laut sekitar 0,6 hingga 0,7 derajat Celcius, turut memengaruhi ekosistem laut. Beberapa spesies ikan mungkin mampu beradaptasi, tetapi organisme laut yang bergerak lambat akan sangat terdampak.
Hilangnya spesies kunci dalam rantai makanan berdampak besar pada ekosistem. Penurunan populasi ikan lemuru, misalnya, berdampak pada populasi ikan lain seperti tuna, tongkol, dan cakalang, serta mengancam ketersediaan nutrisi penting bagi manusia. Ikan lemuru kaya akan omega-3, sekitar 25% dari berat tubuhnya, yang sangat penting bagi kesehatan manusia.
AIDA UB diharapkan dapat memperbaiki praktik penangkapan ikan di Indonesia. Model ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari praktik penangkapan ikan yang hanya berfokus pada kuantitas tangkapan tanpa mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Prof. Aida berharap AIDA UB akan menciptakan keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan pelestarian ekosistem laut.
Keberhasilan AIDA UB membawa Prof. Aida Sartimbul meraih gelar profesor aktif ke-26 di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UB dan ke-227 di UB secara keseluruhan. Ini menjadi bukti pengakuan atas kontribusi inovatifnya dalam bidang pengelolaan ekosistem laut.