PANDI Luncurkan Nama Domain Aksara Bali: Inovasi Digital untuk Lestarikan Budaya
PANDI akan meluncurkan nama domain menggunakan aksara Bali, sebuah langkah inovatif untuk melestarikan budaya Indonesia melalui teknologi digital dan juga meluncurkan platform IDADX untuk mencegah penyebaran konten ilegal.

Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) akan segera meluncurkan sistem nama domain menggunakan aksara Bali. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pelestarian budaya Indonesia melalui inovasi digital, diumumkan dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Rabu lalu. Kehadiran sistem ini menjawab pertanyaan banyak pihak tentang bagaimana teknologi dapat dipadukan dengan pelestarian budaya.
Sistem ini menggunakan Second-Level Reference Label Generation Rules (LGR), pedoman teknis untuk menentukan karakter yang diterima dalam Domain Name System (DNS), termasuk Internationalized Domain Names (IDN). LGR memastikan aksara Bali dapat digunakan sebagai nama domain, bahkan untuk pemrograman komputer, sehingga dapat diakses oleh pengguna di seluruh dunia.
Ketua PANDI, John Sihar Simanjuntak, menjelaskan, "Nanti Bapak/Ibu bisa melihat aksara Bali dipakai di browser. Tahap pertama sebagai second level, di bawah .id. Tahap berikutnya langsung aksara Bali-nya."
Peluncuran ini merupakan tindak lanjut dari penerbitan resmi Second-Level Reference Label Generation Rules (LGR) untuk aksara Bali oleh Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN) pada November 2024. PANDI telah berkolaborasi dengan pakar dari Universitas Udayana sejak tahun 2020 untuk mewujudkan proyek ini.
PANDI berencana untuk meningkatkan status aksara Bali menjadi New Generic Top-Level Domain (gTLD), setara dengan domain .id. Langkah ini akan memberikan pengakuan yang lebih tinggi bagi aksara Bali di dunia digital. Selain aksara Bali, PANDI juga berencana untuk mendukung penggunaan bahasa daerah lain seperti Arab Pegon, Jawa, Sunda, Batak, dan Lontara sebagai nama domain.
John menambahkan, "Tahap pertama yang paling siap (aksara) Bali, yang paling siap kedua ada Arab Pegon, ketiga ada Jawa, Sunda, baru nanti ada Batak sama Lontara."
Selain inovasi penggunaan aksara Bali sebagai nama domain, PANDI juga memperkenalkan platform IDADX. Platform ini berfungsi untuk mencegah penyebaran konten ilegal di internet. IDADX menggunakan Breach Identification and Monitoring Assistant (BIMA), sebuah sistem otomatis yang mendeteksi dan melaporkan penyalahgunaan nama domain.
Sistem BIMA akan memberikan notifikasi kepada pengelola situs yang menggunakan domain secara ilegal. Mereka akan diberi waktu satu hingga dua hari untuk menghapus konten tersebut. Jika konten ilegal masih ditemukan, operasional situs akan dihentikan (suspend).
Dengan peluncuran nama domain aksara Bali dan platform IDADX, PANDI menunjukkan komitmennya dalam mendukung pelestarian budaya Indonesia dan keamanan dunia digital. Inovasi ini diharapkan dapat mendorong penggunaan aksara daerah dalam ranah digital dan menciptakan internet yang lebih aman.