Pejabat China Tekankan Nilai-nilai Asia untuk Pembangunan Berkelanjutan
Menteri Liu Jianchao dari China menekankan pentingnya nilai-nilai Asia, seperti saling menghormati dan konsensus, untuk keberlangsungan pembangunan dan kemakmuran kawasan Asia di tengah tantangan global.
Dalam sebuah diskusi publik di Jakarta, Menteri Departemen Hubungan Internasional Komite Sentral Partai Komunis China (IDCPC), Liu Jianchao, menyatakan bahwa negara-negara Asia perlu memegang teguh nilai-nilai tradisional untuk mempertahankan laju pembangunan yang telah dicapai. Pernyataan ini disampaikan pada Sabtu lalu dalam acara "In Conversation with H.E. Liu Jianchao: Asia’s Future and 75 Years of Indonesia–China Ties'.
Menurut Menteri Liu, nilai-nilai unik Asia, yang tercermin dalam semangat Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung, sangat krusial. Nilai-nilai seperti saling menghormati dan kemandirian menjadi kunci keberhasilan pembangunan di kawasan. Beliau menekankan pentingnya mempertahankan hal ini di tengah dinamika global yang penuh tantangan.
Lebih lanjut, Menteri Liu menjelaskan bahwa Asia, sejak pasca Perang Dunia II, telah menikmati perdamaian dan stabilitas yang memungkinkan kemajuan ekonomi. Keberhasilan ini, menurutnya, dibangun di atas nilai-nilai seperti kemerdekaan, kesetaraan, dan inklusivitas. Nilai-nilai ini, katanya, telah secara bertahap mewujudkan impian "Abad Asia".
Menteri Liu juga membandingkan nilai-nilai Asia dengan nilai-nilai di kawasan lain. Ia mengakui adanya kesamaan nilai-nilai di berbagai belahan dunia, namun menekankan bahwa Asia memiliki karakteristik unik, yaitu pencarian konsensus melalui konsultasi, serta semangat perdamaian dan harmoni. Hal ini, menurutnya, menjadi kunci keberhasilan pembangunan Asia.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Liu juga menanggapi kekhawatiran tentang keanggotaan Indonesia dalam BRICS. Ia menegaskan bahwa Indonesia, sebagai negara terdepan ASEAN dan negara besar dengan populasi tinggi, sangat dihargai dan disambut baik oleh negara-negara anggota BRICS.
Selain itu, Menteri Liu juga membahas hubungan China-AS. Ia berpendapat bahwa tantangan dalam hubungan bilateral ini berakar pada kesalahpahaman AS terhadap pertumbuhan ekonomi China. Meski terdapat perbedaan pendekatan, beliau menekankan bahwa kedua negara dapat meraih kesuksesan masing-masing dan bahwa keduanya sama-sama diuntungkan dari hubungan yang telah terjalin lama.
Diskusi yang diselenggarakan oleh Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI) dan Kedutaan Besar China ini dihadiri oleh 475 peserta dan dipandu oleh Ketua dan Pendiri FPCI, Dino Patti Djalal. Kesimpulannya, pernyataan Menteri Liu menekankan pentingnya mempertahankan nilai-nilai Asia sebagai kunci keberlanjutan pembangunan dan kemakmuran di kawasan.