Pemprov DKI Kembali Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Atasi Banjir Jakarta
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menginstruksikan operasi modifikasi cuaca untuk mengurangi dampak banjir yang mayoritas disebabkan oleh kiriman air dari luar Jakarta.

Banjir kembali melanda Jakarta, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Pemprov DKI) kembali mengambil langkah antisipatif dengan melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC). Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mengurangi dampak banjir yang signifikan di Ibu Kota. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menjelaskan bahwa mayoritas banjir di Jakarta, hampir 90 persen, disebabkan oleh kiriman air dari daerah hulu.
Operasi modifikasi cuaca ini bertujuan untuk mendorong awan hujan menuju laut, sehingga mengurangi curah hujan di wilayah Jakarta. Pramono Anung menekankan bahwa curah hujan di Jakarta belakangan ini relatif rendah, namun banjir terjadi ketika curah hujan melebihi 150 mm per hari, melampaui kapasitas saluran air yang hanya mampu menampung hingga 150 mm per hari. Ia menambahkan bahwa curah hujan tinggi terjadi di wilayah hulu, mencapai 150, 180, bahkan 200 mm per hari.
Penanganan banjir di Jakarta tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemprov DKI saja, tetapi juga memerlukan penanganan secara nasional. Oleh karena itu, OMC juga perlu dilakukan di daerah-daerah lain selain DKI Jakarta. Hal ini diungkapkan oleh Gubernur Pramono Anung dalam pernyataan resminya pada Selasa.
Operasi Modifikasi Cuaca dan Upaya Penanganan Banjir
Sekretaris Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Maruli Sijabat, menjelaskan bahwa OMC akan dilakukan selama lima hari. BNPB telah memulai OMC, dan Pemprov DKI direncanakan akan melanjutkan operasi tersebut paling lambat pada hari Kamis. Pemprov DKI telah beberapa kali melakukan OMC dalam beberapa bulan terakhir, termasuk operasi pada 14-21 Februari 2025, yang dinilai efektif dalam mencegah potensi banjir.
OMC bertujuan untuk memitigasi bencana hidrometeorologi, khususnya mengurangi risiko banjir akibat curah hujan ekstrem. Selain OMC, Pemprov DKI juga melakukan berbagai upaya lain, seperti membuka Pintu Air Manggarai dan memantau pintu-pintu air lainnya untuk mengatur aliran air, mencegah beban berlebih pada Kali Ciliwung, serta fokus pada penanganan jangka panjang.
Upaya jangka panjang meliputi pengerukan sedimen di sungai, waduk, dan kali, pembangunan sumur resapan, dan melanjutkan proyek sodetan. Pembangunan sumur resapan kini difokuskan pada saluran air, bukan lagi di jalan-jalan. Pemprov DKI juga berkomitmen untuk berkoordinasi dengan daerah lain yang terdampak banjir, karena penanganan banjir membutuhkan kerjasama antar daerah.
Kerjasama Antar Daerah dalam Penanganan Banjir
Pramono Anung menyatakan bahwa Pemprov DKI Jakarta menyadari bahwa penanganan banjir tidak bisa dilakukan secara parsial hanya di Jakarta saja. Beliau menyebutkan bahwa dampak banjir juga dirasakan di daerah lain, misalnya Bekasi. Oleh karena itu, koordinasi dan komunikasi dengan pemerintah daerah lain sangat penting untuk mengatasi masalah banjir secara komprehensif.
"Saya meminta untuk modifikasi cuaca dilakukan, (awan hujan) didorong untuk ke laut. Karena memang banjir yang terjadi di Jakarta sekarang ini boleh dikatakan mayoritas hampir 90 persen lebih adalah kiriman," kata Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, diharapkan banjir di Jakarta dapat diatasi dan dampaknya dapat diminimalisir. Kerjasama antar daerah dan langkah-langkah mitigasi bencana yang komprehensif menjadi kunci dalam menghadapi tantangan banjir di Jakarta dan sekitarnya.
Pemprov DKI juga berkomitmen untuk terus berinovasi dan mencari solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan banjir di Jakarta secara berkelanjutan.