Pengamatan Hilal Ramadhan di UIN SMH Banten Terkendala Cuaca
Pengamatan hilal Ramadhan 1445 H di UIN SMH Banten terkendala cuaca buruk, sehingga tim pengamat mengacu pada ketetapan sidang isbat Kementerian Agama RI.

Serang, 28 Februari 2024 - Pengamatan hilal Ramadhan di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten, Kota Serang, mengalami kendala cuaca. Hingga pukul 17.50 WIB, Jumat, awan tebal menyelimuti langit dan menghalangi proses pemantauan hilal yang dimulai sejak pukul 16.00 WIB. Kegagalan pengamatan ini menyisakan pertanyaan besar tentang bagaimana proses penentuan awal Ramadhan tahun ini.
Rektor UIN SMH Banten, Prof. Dr. H. Wawan Wahyuddin, M.Pd., menjelaskan penyebab utama kegagalan pengamatan hilal. "Kenapa belum terlihat? Karena memang dampak cuaca yang belum memungkinkan," ujarnya. Meskipun demikian, proses pengamatan tetap dilakukan dengan menggunakan peralatan canggih dan melibatkan mahasiswa secara langsung.
Kejadian ini menjadi sorotan karena pengamatan hilal merupakan momen penting dalam penentuan awal bulan Ramadhan. Proses ini tidak hanya bernilai ilmiah, tetapi juga memiliki signifikansi keagamaan yang besar bagi umat Islam di Indonesia. Ketidakpastian akibat cuaca buruk ini pun menimbulkan pertanyaan akan metode alternatif yang bisa dilakukan kedepannya agar proses penentuan awal Ramadhan dapat lebih akurat dan pasti.
Kendala Cuaca dan Metode Pengamatan
Dalam upayanya mengamati hilal, UIN SMH Banten menggunakan dua metode. Metode pertama menggunakan teodolit untuk pemantauan manual, sementara metode kedua memanfaatkan teleskop robotik standar planetarium untuk pengamatan otomatis melalui layar komputer. Namun, kondisi cuaca yang buruk membuat kedua metode tersebut tidak efektif. Awan tebal menghalangi pandangan, sehingga hilal tidak dapat teramati.
Meskipun terkendala cuaca, proses pengamatan tetap memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa. Mahasiswa yang mengambil mata kuliah Ilmu Falaq, seperti Afif Ahmad, mendapatkan kesempatan praktik langsung. Afif mengungkapkan bahwa praktik langsung ini sangat membantu dalam memahami teori dan perhitungan ilmu Falaq yang selama ini terasa sulit.
Ia menambahkan, "Karena kita ada praktik, maka kita lebih semangat untuk mempraktikkan, sehingga jadi lebih mudah memahami ilmunya." Pengalaman ini sangat berharga karena momen pengamatan hilal hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu, yaitu menjelang bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah.
Afif juga menekankan pentingnya bimbingan langsung dari dosen selama proses pengamatan. "Karena di situ momen pentingnya untuk melihat langsung, dan dibimbing langsung untuk penghitungannya dengan dosen," jelasnya. Hal ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara teori dan praktik dalam pembelajaran Ilmu Falaq.
Mengacu pada Ketetapan Sidang Isbat
Atas kendala yang dihadapi, pihak UIN SMH Banten menyatakan tetap akan mengacu pada ketetapan sidang isbat yang dilakukan oleh Kementerian Agama RI. Sidang isbat merupakan mekanisme resmi pemerintah Indonesia dalam menentukan awal bulan Ramadhan. Keputusan sidang isbat ini akan diumumkan secara resmi dan menjadi pedoman bagi seluruh umat Islam di Indonesia.
Penggunaan metode ilmiah dan teknologi modern dalam pengamatan hilal menunjukkan komitmen UIN SMH Banten dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, ketergantungan pada kondisi cuaca tetap menjadi tantangan. Ke depannya, perlu dipertimbangkan strategi alternatif untuk meminimalisir dampak cuaca buruk terhadap proses pengamatan hilal, sehingga penentuan awal Ramadhan dapat dilakukan dengan lebih akurat dan tepat waktu.
Proses pengamatan hilal ini juga menjadi bukti nyata kolaborasi antara teori dan praktik dalam pembelajaran Ilmu Falaq. Pengalaman langsung yang didapatkan mahasiswa sangat berharga dan akan meningkatkan pemahaman mereka tentang ilmu tersebut. Semoga ke depannya, teknologi dan metode pengamatan dapat terus dikembangkan untuk mengatasi kendala cuaca dan memastikan akurasi penentuan awal bulan Ramadhan.