Pengangguran Jepang Turun, Tapi Pasar Kerja Tetap Ketat
Tingkat pengangguran Jepang turun menjadi 2,5 persen pada tahun fiskal 2024, menandai perbaikan pertama dalam dua tahun terakhir, meskipun pasar kerja tetap ketat akibat kekurangan tenaga kerja.

Tokyo, 2 Mei 2024 (ANTARA) - Jepang mencatatkan kabar baik di sektor ketenagakerjaan. Tingkat pengangguran rata-rata negara tersebut turun menjadi 2,5 persen pada tahun fiskal 2024, menandai penurunan 0,1 poin persentase dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini merupakan yang pertama dalam dua tahun terakhir, sebuah perkembangan positif di tengah kondisi kekurangan tenaga kerja yang masih berlangsung.
Data yang dirilis Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi pada Jumat menunjukkan penurunan jumlah pengangguran sebesar 30.000 orang menjadi 1,75 juta sepanjang tahun fiskal yang berakhir Maret 2024. Secara simultan, jumlah orang yang bekerja justru meningkat signifikan, mencapai 67,93 juta orang, angka tertinggi sejak pencatatan data dimulai pada tahun 1953. Kenaikan ini menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 370.000 orang dibandingkan tahun sebelumnya.
Penurunan angka pengangguran ini juga dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah orang yang diberhentikan perusahaan. Jumlah tersebut turun sebanyak 20.000 orang menjadi 220.000 orang dibandingkan tahun fiskal 2023. Menariknya, jumlah individu yang mengundurkan diri secara sukarela tetap stabil di angka 750.000 orang, yang mengindikasikan adanya peluang kerja yang lebih baik di luar perusahaan mereka sebelumnya.
Pasar Kerja Jepang: Ketat Meskipun Angka Pengangguran Menurun
Meskipun angka pengangguran menunjukkan tren positif, seorang pejabat kementerian menjelaskan bahwa pasar kerja Jepang masih menghadapi tantangan. Kekurangan tenaga kerja yang signifikan masih menjadi kendala utama. Para pencari kerja, bahkan mereka yang pernah mengalami pemutusan hubungan kerja, masih dapat dengan relatif mudah menemukan pekerjaan baru berkat kondisi ini. Namun, data pada bulan Maret menunjukkan sedikit peningkatan tingkat pengangguran menjadi 2,5 persen dari 2,4 persen pada bulan sebelumnya.
Data lain yang dirilis Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan menunjukkan bahwa rasio ketersediaan pekerjaan rata-rata pada tahun fiskal 2024 turun menjadi 1,25, menandai penurunan selama dua tahun berturut-turut. Meskipun demikian, rasio ini tetap menunjukkan adanya 125 lowongan pekerjaan untuk setiap 100 pencari kerja. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja masih sangat ketat.
Kisuke Yoshii, ekonom dari Daiwa Institute of Research, menegaskan bahwa pasar tenaga kerja Jepang tetap ketat. Meskipun terjadi penurunan rasio ketersediaan pekerjaan, angka tersebut masih berada di atas 1,00. "Kekurangan tenaga kerja belum berubah, dan situasi seperti ini kemungkinan besar akan terus berlanjut," kata Yoshii.
Sektor Industri: Tren Beragam
Data lebih rinci menunjukkan tren yang beragam di berbagai sektor industri. Sektor informasi dan komunikasi mencatatkan peningkatan lowongan pekerjaan baru sebesar 8,2 persen dibandingkan Maret tahun lalu. Sektor akomodasi dan restoran juga mengalami kenaikan, meskipun lebih rendah, yaitu sebesar 3,3 persen. Sebaliknya, sektor ritel dan grosir mengalami penurunan lowongan pekerjaan baru sebesar 7,7 persen, sementara sektor jasa gaya hidup dan hiburan mencatat penurunan 6,9 persen.
Perlu diperhatikan bahwa data rasio ketersediaan pekerjaan pada bulan Maret mengalami sedikit peningkatan menjadi 1,26 dibandingkan bulan Februari. Hal ini menunjukkan fluktuasi yang wajar dalam pasar tenaga kerja, namun secara keseluruhan, pasar kerja Jepang masih menunjukkan kondisi yang ketat.
Kesimpulannya, penurunan tingkat pengangguran di Jepang merupakan kabar positif. Namun, kondisi kekurangan tenaga kerja yang berkelanjutan dan pasar kerja yang tetap ketat memerlukan perhatian lebih lanjut dari pemerintah dan pemangku kepentingan terkait untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Jepang.