Perbanas Proyeksi Ekonomi 2025 Tumbuh di Bawah 5 Persen, Inflasi Rendah: Apa Artinya?
Perbanas merilis Proyeksi Ekonomi 2025 yang menunjukkan pertumbuhan di bawah 5 persen dengan inflasi rendah. Apa saja faktor pendorong dan tantangannya?

Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2025. Perbanas memperkirakan ekonomi nasional akan tumbuh pada kisaran 4,8 persen. Angka ini memiliki toleransi plus minus 0,1 persen secara tahunan.
Proyeksi ini disampaikan dalam acara PERBANAS Review of Indonesia’s Mid-Year Economy (PRIME) 2025. Acara tersebut berlangsung di Jakarta pada hari Kamis. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan yang masih berada di bawah target 5 persen.
Selain itu, Perbanas juga memproyeksikan inflasi akan tetap rendah. Angkanya sekitar 1,9 persen plus minus 0,5 persen secara tahunan. Nilai tukar rupiah diperkirakan stabil pada kisaran Rp16.300 hingga Rp16.700 per dolar AS.
Tantangan dan Peluang Proyeksi Ekonomi 2025
Kepala Bidang Riset dan Kajian Ekonomi Perbankan Perbanas, Aviliani, menjelaskan alasan di balik proyeksi pertumbuhan ekonomi di bawah 5 persen. Menurutnya, masih banyak kendala yang berasal dari faktor eksternal maupun internal.
Meskipun demikian, kondisi inflasi yang rendah dan potensi penurunan suku bunga global dianggap membuka ruang bagi ekspansi usaha. Hal ini dapat menjadi peluang bagi sektor perbankan untuk mendorong pertumbuhan.
Namun, perlambatan ekonomi yang sedang terjadi perlu diwaspadai. Strategi kredit perbankan harus adaptif terhadap perubahan ekonomi agar tetap relevan dan efektif dalam mendukung pertumbuhan.
Stabilitas Moneter dan Likuiditas Perbankan
Proyeksi inflasi yang rendah membuka ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter. Namun, tantangan likuiditas masih membayangi sektor perbankan Indonesia.
Perbanas memproyeksikan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) hanya sekitar 4,38 persen plus minus 1 persen yoy. Angka ini relatif rendah dibandingkan pertumbuhan kredit yang diperkirakan mencapai 8,7 persen plus minus 1 persen yoy.
Tren inflasi yang melandai dan suku bunga yang rendah menciptakan peluang sekaligus tantangan. Bank harus memanfaatkan momentum ini untuk mendorong pertumbuhan, sambil memastikan strategi mereka adaptif terhadap dinamika ekonomi.
Pilar Utama Perekonomian Nasional
Perbanas menekankan adanya lima pilar utama perekonomian yang saling berkaitan erat. Pilar-pilar ini menjadi fokus dalam analisis dan proyeksi ekonomi mereka.
Pilar-pilar tersebut adalah:
- Inflasi dan daya beli masyarakat, yang sangat krusial dalam menjaga stabilitas ekonomi.
- Transmisi kebijakan moneter, yang memastikan efektivitas kebijakan bank sentral.
- Kinerja sektor-sektor strategis yang menjadi tulang punggung ekonomi.
- Pertumbuhan kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencerminkan kesehatan sektor perbankan.
- Stabilitas nilai tukar rupiah.
Aviliani menambahkan bahwa pemerintah memiliki peran penting dalam mengontrol inflasi, terutama melalui stabilisasi harga bahan pokok. Hal ini diharapkan dapat menjaga inflasi tetap rendah dan mendukung daya beli masyarakat.