LPEM FEB UI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 5-5,1 Persen di 2025: Tantangan Internal dan Eksternal
LPEM FEB UI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 sebesar 5-5,1 persen, namun pertumbuhan tersebut dibayangi oleh sejumlah tantangan internal dan eksternal.
![LPEM FEB UI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 5-5,1 Persen di 2025: Tantangan Internal dan Eksternal](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/05/120049.308-lpem-feb-ui-proyeksi-pertumbuhan-ekonomi-ri-5-51-persen-di-2025-tantangan-internal-dan-eksternal-1.jpg)
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI, Teuku Riefky, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai angka 5-5,1 persen year on year (yoy) pada tahun 2025. Pernyataan ini disampaikan di Jakarta pada Rabu lalu. Meskipun angka ini menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil, prediksi tersebut tetap mempertimbangkan berbagai tekanan eksternal dan internal yang berpotensi mempengaruhi kinerja ekonomi nasional.
Tekanan Eksternal: Ancaman Global terhadap Pertumbuhan Ekonomi RI
Riefky menjelaskan bahwa tekanan eksternal yang signifikan berasal dari potensi kenaikan harga impor akibat perang dagang Amerika Serikat dan ketidakpastian kebijakan moneter The Fed. Kenaikan harga impor ini berpotensi memperlemah nilai tukar Rupiah dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, meningkatnya ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik juga berisiko menyebabkan arus modal keluar dari Indonesia.
Lebih lanjut, Riefky mencatat bahwa pelemahan Rupiah di awal tahun 2025 diperburuk oleh revisi ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed. Ekspektasi pemangkasan suku bunga yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya turut menekan nilai tukar Rupiah. Hal ini menunjukkan betapa sensitifnya perekonomian Indonesia terhadap dinamika ekonomi global.
Tantangan Internal: Produktivitas dan Reformasi Struktural
Di samping tekanan eksternal, Indonesia juga menghadapi tantangan internal yang cukup krusial. Pertumbuhan ekonomi yang stagnan selama lebih dari satu dekade, penurunan produktivitas, dan belum ditemukannya sumber pertumbuhan ekonomi baru menjadi kendala utama. Riefky menyoroti kurangnya perencanaan konkret dari pemerintah baru dalam mengatasi masalah produktivitas. Indonesia, menurutnya, masih terlalu bergantung pada faktor musiman untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Meskipun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menunjukkan catatan positif pada 100 hari pertama melalui Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) di bidang pendidikan dan kesehatan, PHTC tersebut belum secara spesifik mengatasi masalah produktivitas dan isu struktural yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Ketiadaan strategi mitigasi risiko eksternal dan reformasi ekonomi struktural yang konkret dapat menghambat pencapaian target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, bahkan untuk mencapai target 5 persen saja.
Kesimpulan: Perlunya Strategi Jangka Panjang
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5-5,1 persen di tahun 2025 oleh LPEM FEB UI memberikan gambaran yang cukup realistis, namun tetap diiringi kekhawatiran. Tantangan eksternal berupa ketidakpastian ekonomi global dan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah perlu diantisipasi dengan strategi mitigasi yang tepat. Lebih penting lagi, pemerintah perlu fokus pada mengatasi tantangan internal berupa peningkatan produktivitas dan reformasi struktural untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mencapai target pertumbuhan yang lebih ambisius. Tanpa strategi jangka panjang yang komprehensif, mencapai target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi akan tetap menjadi tantangan yang sulit diatasi.