BI: Ketidakpastian Global Meningkat Akibat Kebijakan Tarif Impor AS
Bank Indonesia (BI) memprediksi ketidakpastian ekonomi global akan tetap tinggi di tahun 2025, terutama akibat meluasnya kebijakan tarif impor Amerika Serikat yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi global dan pasar keuangan.

Bank Indonesia (BI) memproyeksikan ketidakpastian ekonomi global akan tetap tinggi di tahun 2025. Hal ini terutama disebabkan oleh kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang semakin meluas, berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi global dan pasar keuangan internasional. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan hal ini dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Maret 2025 di Jakarta, Rabu.
Menurut Perry Warjiyo, kebijakan tarif impor AS telah mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi di AS, meskipun ada peningkatan insentif fiskal. Lebih lanjut, penurunan inflasi di AS juga tidak secepat yang diperkirakan. Dampaknya meluas ke negara-negara lain. Eropa, Jepang, dan India turut merasakan dampak rambatan kebijakan ini, di tengah permintaan domestik yang lesu akibat rendahnya keyakinan pelaku usaha dan perlambatan ekspor.
Pelemahan ekonomi Tiongkok akibat kebijakan tarif AS sedikit tertahan berkat kebijakan pelebaran defisit fiskal pada tahun 2025. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi global di tahun 2025 diperkirakan hanya mencapai 3,2 persen, sebuah angka yang mencerminkan dampak signifikan dari ketidakpastian global yang sedang berlangsung.
Dampak pada Pasar Keuangan Global
Ketidakpastian global juga berdampak pada pasar keuangan. Penurunan imbal hasil (yield) US Treasury dan pelemahan indeks dolar AS terjadi di tengah ketidakpastian penurunan suku bunga AS atau Fed Funds Rate (FFR). Aliran modal global yang sebelumnya terpusat di AS kini bergeser sebagian ke aset aman seperti emas dan obligasi di negara maju dan berkembang. Investasi portofolio saham masih terkonsentrasi di negara maju, kecuali AS, dan belum menunjukkan minat signifikan terhadap pasar negara berkembang (emerging market).
Situasi ini menunjukkan adanya pergeseran dinamika investasi global sebagai respons terhadap ketidakpastian ekonomi yang dipicu oleh kebijakan AS. Para investor cenderung lebih berhati-hati dan mencari aset yang dianggap lebih aman dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu.
Respons Kebijakan yang Tepat
Menyikapi situasi ini, Perry Warjiyo menekankan perlunya respons kebijakan yang tepat dan terkoordinasi untuk memperkuat ketahanan eksternal, menjaga stabilitas ekonomi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. BI, bersama pemerintah, perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk menghadapi tantangan eksternal dan memastikan perekonomian Indonesia tetap kuat dan stabil.
Langkah-langkah tersebut mungkin termasuk kebijakan fiskal dan moneter yang tepat sasaran, serta upaya untuk meningkatkan daya saing ekspor Indonesia di tengah perlambatan ekonomi global. Penting bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Secara keseluruhan, situasi ekonomi global saat ini diwarnai oleh ketidakpastian yang tinggi. Kebijakan tarif impor AS menjadi salah satu faktor utama yang mendorong ketidakpastian ini, berdampak pada pertumbuhan ekonomi global dan pasar keuangan. Indonesia perlu bersiap menghadapi tantangan ini dengan strategi yang tepat dan terkoordinasi untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi domestik.
"Tetap tingginya ketidakpastian global tersebut memerlukan respons kebijakan yang tepat dan terkoordinasi dengan baik untuk memperkuat ketahanan eksternal, menjaga stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik," kata Perry Warjiyo.