Pneumonia Bilateral: Pakar PDPI Jelaskan Penyakit yang Diderita Paus Fransiskus
Ketua Majelis Kehormatan PDPI, Prof. Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan kondisi medis Paus Fransiskus sebelum wafat, yaitu pneumonia bilateral atau radang paru-paru yang menyerang kedua paru-paru.

Jakarta, 21 April 2024 (ANTARA) - Dunia berduka atas wafatnya Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma. Sebelum meninggal pada usia 88 tahun di kediamannya di Vatikan, Paus Fransiskus diketahui menderita pneumonia ganda. Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof. Tjandra Yoga Aditama, memberikan penjelasan medis terkait penyakit yang diderita Paus.
Prof. Tjandra menjelaskan bahwa istilah "pneumonia ganda" atau "double pneumonia" bukanlah istilah medis yang umum digunakan. Istilah tersebut merujuk pada kondisi pneumonia bilateral, yaitu radang paru-paru yang menyerang kedua paru-paru. Paus Fransiskus dirawat intensif di Rumah Sakit Gemelli sejak awal Februari 2025 karena bronkitis yang kemudian berkembang menjadi pneumonia bilateral. Kondisi ini menyebabkan gangguan pernapasan serius, membutuhkan penanganan dengan oksigen aliran tinggi.
Wafatnya Paus Fransiskus pada Senin pukul 07.35 waktu setempat diumumkan oleh Kardinal Kevin Farrell melalui Vatican News. Setelah hampir enam pekan perawatan intensif, Paus Fransiskus akhirnya dipulangkan ke kediamannya setelah menjalani rawat inap selama 38 hari. Namun, kondisi kesehatannya terus memburuk hingga akhirnya beliau meninggal dunia.
Pneumonia Bilateral: Memahami Kondisi Medis Paus Fransiskus
Pneumonia, menurut Prof. Tjandra, merupakan infeksi atau peradangan paru-paru yang umumnya disebabkan oleh bakteri atau virus. Namun, jamur atau parasit juga dapat menjadi penyebabnya. Paru-paru manusia terbagi menjadi dua bagian, paru kiri dengan dua lobus dan paru kanan dengan tiga lobus. Pneumonia bilateral berarti infeksi menyerang kedua paru-paru tersebut.
Laporan Vatican News pada Februari 2025 menyebutkan bahwa Paus Fransiskus mengalami krisis pernapasan mirip asma (asthma-like respiratory crisis) sebelum didiagnosis pneumonia bilateral. Selain itu, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya penurunan kadar trombosit (trombositopenia) dan anemia. Kondisi ini semakin memperumit perawatan medis yang diberikan.
Prof. Tjandra juga menjelaskan bahwa istilah "pneumonia ganda" dapat pula merujuk pada infeksi polimikrobial, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh lebih dari satu jenis mikroorganisme. Hal ini dapat melibatkan kombinasi bakteri, virus, jamur, atau organisme lainnya. Dalam kasus Paus Fransiskus, infeksi polimikrobial ini terjadi dalam konteks bronkiektasis dan bronkitis asmatik, seperti yang dilaporkan Vatican News.
Riwayat Medis dan Faktor Risiko
Riwayat medis Paus Fransiskus juga menunjukkan bahwa pada tahun 1957, beliau pernah menjalani operasi pengangkatan sebagian paru akibat infeksi berat. Riwayat penyakit ini kemungkinan menjadi faktor risiko yang meningkatkan kerentanan terhadap pneumonia bilateral. Operasi tersebut tentu saja telah mengubah struktur dan fungsi paru-parunya, sehingga membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.
Kondisi kesehatan Paus Fransiskus yang memburuk selama perawatan intensif menunjukkan kompleksitas penyakit yang dideritanya. Pneumonia bilateral, ditambah dengan riwayat medis dan kondisi lainnya seperti bronkiektasis dan bronkitis asmatik, menciptakan tantangan besar bagi tim medis kepausan dalam memberikan perawatan yang optimal. Meskipun telah mendapatkan perawatan intensif selama hampir enam pekan, kondisi kesehatan Paus Fransiskus terus memburuk hingga akhirnya beliau wafat.
Wafatnya Paus Fransiskus merupakan kehilangan besar bagi Gereja Katolik Roma dan dunia. Beliau dikenang atas komitmennya dalam menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas terhadap kaum miskin dan terpinggirkan. Semoga penjelasan medis ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi kesehatan yang diderita oleh Paus Fransiskus sebelum wafat.