Potensi EBT di Pulau Timor Capai 30 GW, Solusi Energi Berkelanjutan untuk NTT?
Penelitian IESR ungkap potensi energi terbarukan (EBT) di Pulau Timor, NTT, mencapai 30 GW, solusi untuk kebutuhan energi masa depan dan ekonomi masyarakat.

Kupang, 6 Mei 2024 - Sebuah temuan mengejutkan datang dari Institute for Essential Services Reform (IESR). Lembaga ini mengungkapkan potensi energi baru terbarukan (EBT) di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT), mencapai angka yang fantastis: 30 gigawat (GW). Temuan ini memberikan harapan baru bagi Pulau Timor dalam memenuhi kebutuhan energi masa depan dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Potensi tersebut berasal dari sumber energi surya dan angin, dengan rincian 20 GW dari tenaga surya dan 10 GW dari tenaga angin. Kajian ini dilakukan IESR sejak tahun 2024.
Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR, Alvin Putra Sisdwinugraha, menjelaskan bahwa dengan potensi sebesar 30 GW, Pulau Timor dipastikan mampu memenuhi kebutuhan listriknya hingga tahun 2050. Pada tahun tersebut, beban puncak penggunaan listrik diprediksi mencapai 1,5 GW, jauh di bawah potensi EBT yang tersedia. Saat ini, beban puncak listrik di Pulau Timor masih berada di angka 250 megawat (MW), yang sebagian besar dipenuhi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara di Bolok.
Temuan ini menawarkan solusi nyata untuk menggantikan sumber energi konvensional yang tidak ramah lingkungan. "Dari hasil kajian sejak 2024, potensi tenaga surya mencapai 20 GW sementara untuk tenaga angin mencapai 10 GW," kata Alvin Putra Sisdwinugraha dalam keterangannya kepada ANTARA di Kupang. Peralihan ke energi terbarukan ini tidak hanya akan mengurangi emisi karbon, tetapi juga membuka peluang bagi pengembangan ekonomi lokal.
Potensi EBT di Pulau Timor: Lebih dari Surya dan Angin
Selain potensi besar dari tenaga surya dan angin, IESR juga menemukan sumber EBT lainnya di Pulau Timor. Potensi energi minihidro diperkirakan mencapai ratusan megawat, sementara pemanfaatan biomassa mencapai 40 MW. Hal ini membuka peluang besar bagi pemanfaatan limbah pertanian, seperti limbah padi dan kopi, yang melimpah di pulau tersebut. "Pulau Timor ini kan digadang-gadangkan akan menjadi pulau biomasa, kami mencoba memetakan kira-kira potensi limbah pertanian dan kami temukan lumayan banyak limbah pertanian padi juga bisa dimanfaatkan, limbah lahan kopi bisa dimanfaatkan," jelas Alvin.
Meskipun potensi panas bumi di Pulau Timor juga sangat besar, IESR memilih untuk fokus pada kajian tenaga surya dan angin dalam penelitian ini. Namun, temuan ini tetap membuka jalan bagi eksplorasi lebih lanjut terhadap berbagai sumber EBT di masa mendatang. Pemanfaatan potensi EBT secara optimal akan memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat, khususnya bagi masyarakat kecil.
IESR telah menyampaikan temuan ini kepada Gubernur NTT, Melki Laka Lena, dan mendapat respons positif. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung pengembangan energi terbarukan di NTT. Kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sangat penting untuk mewujudkan potensi EBT ini menjadi energi yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.
Tantangan dan Peluang Pengembangan EBT di Pulau Timor
Meskipun potensi EBT di Pulau Timor sangat menjanjikan, pengembangannya tentu saja tidak tanpa tantangan. Aspek infrastruktur, teknologi, dan pendanaan perlu diperhatikan secara serius. Pemerintah dan investor perlu berkolaborasi untuk mengatasi hambatan tersebut. Namun, peluang yang ditawarkan oleh pengembangan EBT di Pulau Timor sangat besar, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Pemanfaatan EBT dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Selain itu, pengembangan EBT juga dapat meningkatkan daya saing daerah dan menarik investasi. Dengan pengelolaan yang tepat, potensi EBT di Pulau Timor dapat menjadi solusi energi berkelanjutan bagi NTT dan Indonesia secara keseluruhan.
Kesimpulannya, temuan IESR tentang potensi EBT di Pulau Timor merupakan kabar gembira bagi NTT. Potensi 30 GW ini membuka peluang besar untuk pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun, dibutuhkan kerja sama dan komitmen dari semua pihak untuk mewujudkan potensi tersebut menjadi kenyataan.