Prabowo: Hapus Utang Rakyat Kecil, Meski Berisiko
Presiden Prabowo Subianto berkomitmen menyelesaikan masalah utang rakyat kecil yang masih ditagih bank, meskipun langkah ini berisiko dan membutuhkan pengendalian APBN yang ketat.

Presiden RI Prabowo Subianto menegaskan komitmen pemerintah untuk menyelesaikan masalah utang rakyat kecil yang seharusnya sudah dihapus oleh bank, namun masih ditagih. Pernyataan ini disampaikan saat memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 5 Mei. Langkah ini diambil untuk meringankan beban masyarakat kecil yang selama ini terlilit utang dengan bunga tinggi.
"Masalah-masalah sekian puluh tahun yang lalu, utang orang kecil yang sebenarnya sudah dihapus oleh bank-bank masih dituntut. Jutaan petani kita, jutaan rakyat kecil kita tidak bisa pinjam lagi," kata Presiden Prabowo Subianto.
Akibatnya, banyak petani dan masyarakat kecil terpaksa meminjam dari rentenir atau pinjaman online (pinjol) dengan bunga yang sangat tinggi. Pemerintah menyadari risiko yang ada, namun tetap berkomitmen untuk menghapus utang tersebut demi kesejahteraan rakyat.
Komitmen Pemerintah Menghapus Utang Rakyat Kecil
Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa pemerintah akan menghapus utang rakyat kecil meskipun langkah ini mengandung risiko. Hal ini dilakukan untuk membantu masyarakat kecil yang kesulitan membayar utang kepada bank dan terjerat pinjaman dengan bunga tinggi dari rentenir dan pinjol.
"Terpaksa dia pinjam dari rentenir, dari pinjol, pinjaman online, dari rentenir yang gila bunganya harian, luar biasa. Kita hapus, kita ambil tindakan-tindakan yang harus kita ambil dengan beberapa risiko," tegas Presiden.
Pemerintah menyadari pentingnya menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan negara. Oleh karena itu, langkah penghapusan utang ini akan dilakukan dengan hati-hati dan terukur, tetap dalam kerangka pengendalian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disiplin.
Pengendalian APBN yang Hati-hati dan Disiplin
Presiden Prabowo Subianto menekankan pentingnya menjaga defisit anggaran tetap pada level 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga kesehatan ekonomi nasional.
"Indonesia masih menjaga di bawah 3 persen, karena itu perbandingan utang kita terhadap GDP kita termasuk salah satu terendah di dunia," ujar Presiden.
Dengan demikian, penghapusan utang rakyat kecil ini tidak akan mengganggu stabilitas ekonomi makro secara keseluruhan. Pemerintah akan memastikan bahwa langkah ini dilakukan dengan perencanaan yang matang dan terukur.
Sidang Kabinet Paripurna
Sidang Kabinet Paripurna yang membahas hal ini dihadiri oleh hampir seluruh jajaran menteri Kabinet Merah Putih dan kepala badan. Ini merupakan sidang kabinet paripurna ketiga yang digelar pada tahun ini.
Beberapa pejabat penting yang hadir antara lain Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana, Menteri Koordinator bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi, dan Pemasyarakatan Yusril Ihza Mahendra, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Yandri Susanto, Menteri Agama Nasaruddin Umar, dan Wakil Menteri Agama Muhammad Syafi'i.
Kehadiran para pejabat ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah utang rakyat kecil dan komitmen untuk mencari solusi terbaik bagi kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah berharap dengan menghapus utang rakyat kecil, masyarakat dapat terbebas dari jeratan hutang dan dapat kembali beraktivitas ekonomi secara normal. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengurangi kesenjangan ekonomi.