Ramadhan Bukan Sekadar Puasa: Jaga Kualitas Diri dan Adab, Pesan Guru Besar UINSI Samarinda
Guru Besar UINSI Samarinda tegaskan pentingnya menjaga adab dan kualitas diri selama Ramadhan, tak hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, serta pentingnya mengonsumsi makanan bergizi dan menghindari perbuatan negatif.

Samarinda, 14 Maret 2024 (ANTARA) - Bulan Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga. Lebih dari itu, Ramadhan adalah momentum untuk meningkatkan kualitas diri dan menjaga adab, demikian disampaikan Prof. Bambang Iswanto, guru besar UIN Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda, Kalimantan Timur, dalam kuliah tujuh menit (kultum) usai shalat subuh berjamaah di Samarinda, Jumat lalu.
Dalam kultumnya, Prof. Bambang menjelaskan bahwa adab berpuasa, seperti yang dijelaskan dalam risalah Imam Al-Ghazali, mencakup berbagai aspek kehidupan. Hal ini meliputi pemilihan makanan hingga pengendalian diri secara menyeluruh. Beliau menekankan pentingnya mengonsumsi makanan bergizi saat sahur dan berbuka puasa.
"Makanan bergizi tidak hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga untuk menjaga kejernihan akal dan pikiran," ujarnya. Konsep ini, lanjut Prof. Bambang, sejalan dengan program pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat baik di tingkat nasional maupun daerah.
Konsep 'Halalan Thayyiban' dan Pengendalian Diri
Lebih lanjut, Prof. Bambang menjelaskan pentingnya konsep 'halalan thayyiban'. Konsep ini tidak hanya merujuk pada makanan yang halal secara hukum, tetapi juga makanan yang bergizi dan tidak membahayakan kesehatan. "Makanan yang kita konsumsi harus memberikan nilai positif bagi tubuh dan pikiran," katanya. Beliau mengingatkan agar umat Islam tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan saat berbuka puasa.
"Hindari makanan yang terlalu berminyak atau berkolesterol tinggi, karena justru dapat menimbulkan penyakit," tegasnya. Selain aspek makanan, adab berpuasa juga mencakup pengendalian diri. Prof. Bambang mengutip Imam Al-Ghazali yang menekankan pentingnya menghindari pertengkaran dan perdebatan.
"Orang yang berpuasa harus mampu menahan diri dari emosi negatif," nasihatnya. Hal ini penting untuk menjaga kualitas ibadah puasa agar lebih bermakna dan memberikan dampak positif bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Menjaga lisan dari perbuatan dosa, seperti ghibah dan berkata bohong, juga menjadi poin penting yang disampaikan Prof. Bambang. "Lidah adalah sumber dosa yang paling mudah dilakukan, oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam berbicara," ujarnya. Beliau juga mengingatkan pentingnya menghindari perbuatan yang menyakiti orang lain, baik melalui perkataan maupun tindakan.
Menjaga Seluruh Anggota Tubuh dari Perbuatan Tidak Baik
Prof. Bambang menutup kultumnya dengan menekankan pentingnya menjaga seluruh anggota tubuh dari perbuatan yang tidak baik selama bulan Ramadhan. Hal ini merupakan bagian integral dari adab berpuasa yang perlu diperhatikan oleh seluruh umat Islam.
"Adab dalam berpuasa bukan hanya tentang sah atau tidaknya ibadah kita, tetapi juga tentang kualitas puasa yang kita jalankan," pungkasnya. Beliau juga mengajak masyarakat untuk mendoakan para pemimpin agar diberikan kesehatan dan kekuatan dalam menjalankan amanah.
"Para pemimpin kita adalah orang-orang terbaik yang telah diberi amanah, dan kita perlu mendukung mereka dengan doa," tutupnya. Pesan ini menekankan pentingnya doa dan dukungan untuk pemimpin bangsa dalam menjalankan tugasnya.
Kesimpulannya, pesan Prof. Bambang Iswanto mengingatkan kita bahwa ibadah puasa di bulan Ramadhan bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang menjaga kualitas diri, mengendalikan emosi, dan menjaga adab dalam seluruh aspek kehidupan. Hal ini penting untuk mencapai kualitas ibadah yang lebih baik dan mendapatkan keberkahan di bulan suci ini.