Rupiah Lebih Kuat Dibanding Mata Uang Negara Lain: Menkeu
Meskipun melemah 4,34% di 2024, nilai tukar rupiah tercatat relatif lebih baik dari negara lain seperti Korea Selatan, Meksiko, Brasil, Jepang, dan Turki, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Nilai tukar rupiah menunjukkan kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan mata uang negara lain, meskipun mengalami pelemahan. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan hal ini dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Jumat lalu. Pernyataan ini disampaikan di tengah fluktuasi nilai tukar global yang cukup signifikan.
Pada akhir tahun 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat Rp16.095. Meskipun mengalami depresiasi sebesar 4,34 persen secara point-to-point, Sri Mulyani menekankan bahwa kinerja rupiah masih lebih baik jika dibandingkan dengan mata uang negara lain seperti won Korea Selatan, peso Meksiko, real Brasil, yen Jepang, dan lira Turki.
Di awal tahun 2025, penguatan dolar AS berlanjut, menyebabkan pelemahan rupiah sebesar 1,14 persen point-to-point hingga 23 Januari 2025. Tren ini sejalan dengan pergerakan mata uang regional lainnya. Menariknya, rupiah justru menguat terhadap mata uang negara maju di luar Amerika Serikat dan relatif stabil terhadap mata uang negara berkembang.
Kondisi ini sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang diterapkan Bank Indonesia (BI). Faktor pendukung lainnya adalah aliran masuk modal asing yang berkelanjutan, imbal hasil instrumen keuangan domestik yang menarik, dan prospek ekonomi Indonesia yang tetap kuat dan resilien.
Sebagai informasi tambahan, pada penutupan perdagangan hari Jumat, nilai tukar rupiah menguat hingga 112 poin (0,69 persen) menjadi Rp16.172 per dolar AS, dari Rp16.284 sebelumnya. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI juga menguat ke Rp16.200 per dolar AS, dibandingkan Rp16.276 sebelumnya.
Penguatan rupiah ini didorong oleh beberapa sentimen positif. Salah satunya adalah pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mendesak OPEC dan Arab Saudi untuk menurunkan harga minyak mentah, serta menyerukan bank sentral global untuk menurunkan suku bunga. Presiden Trump juga mengumumkan rencana untuk menaikkan tarif impor terhadap Kanada dan Meksiko, serta mempertimbangkan tarif tambahan untuk China.
Kesimpulannya, meskipun menghadapi tekanan global, nilai tukar rupiah menunjukkan ketahanan yang cukup baik. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang tepat, fundamental ekonomi Indonesia yang solid, dan faktor eksternal tertentu. Kondisi ini perlu terus dipantau mengingat dinamika ekonomi global yang masih fluktuatif.