Rupiah Menguat: Optimisme Pasar Dorong Penguatan Nilai Tukar
Nilai tukar rupiah menguat signifikan di tengah penurunan cadangan devisa, didorong oleh optimisme pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap tinggi.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil menguat pada perdagangan Kamis (8/5) di tengah penurunan cadangan devisa. Penguatan ini mencapai 34 poin atau 0,21 persen, sehingga rupiah ditutup pada level Rp16.502 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.536 per dolar AS. Hal ini terjadi meskipun cadangan devisa Indonesia pada April 2025 tercatat sebesar 152,5 miliar dolar AS, menurun dari 157,1 miliar dolar AS pada Maret 2025. Penguatan ini menunjukkan optimisme pasar terhadap perekonomian Indonesia, yang tetap tumbuh tinggi, menempati posisi kedua setelah China di antara negara-negara dengan perekonomian besar.
Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menjelaskan bahwa reaksi pelaku pasar terhadap penurunan cadangan devisa terbilang beragam. Meskipun penurunan tersebut mengindikasikan potensi risiko ketidakpastian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat tetap menjadi faktor pendorong utama penguatan rupiah. "Rupiah di akhir perdagangan mampu menguat karena pelaku pasar bereaksi beragam terhadap data penurunan cadangan devisa. Bisa berarti ada risiko ketidakpastian global, namun ekonomi Indonesia masih mampu tetap tumbuh tertinggi kedua setelah China di kelompok negara-negara perekonomian besar," ujar Rully kepada ANTARA di Jakarta.
Bank Indonesia (BI) sendiri telah melaporkan bahwa penurunan cadangan devisa pada April 2025 disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi kurs rupiah sebagai respons terhadap meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Meskipun demikian, cadangan devisa Indonesia masih berada pada level yang aman dan memadai, setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Level ini jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor, menandakan kemampuan Indonesia dalam mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas makroekonomi serta sistem keuangan.
Faktor Pendorong Penguatan Rupiah
Beberapa faktor berkontribusi terhadap penguatan rupiah. Selain cadangan devisa yang masih memadai dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik juga berperan penting. "Selalu ada yang optimis seiring membaiknya posisi Indonesia sebagai negara dengan perekonomian yang besar," tambah Rully. Prospek ekspor yang tetap terjaga dan surplus yang diprakirakan pada neraca transaksi modal dan finansial juga turut mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia.
Meskipun demikian, sentimen global juga memberikan dampak, terutama pernyataan Federal Reserve (The Fed) yang mengungkapkan kekhawatiran terhadap peningkatan risiko ketidakpastian dan stagflasi perekonomian AS. Inflasi AS yang meningkat akibat peningkatan barang impor juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Hal ini menyebabkan pelaku pasar memperkirakan penurunan suku bunga oleh The Fed tahun ini hanya tiga kali, bukan empat kali seperti perkiraan sebelumnya.
Dampak sentimen global ini cenderung negatif terhadap kurs rupiah. Namun, optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik yang kuat mampu mengimbangi dampak negatif tersebut, sehingga rupiah tetap mampu menguat. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis juga menunjukkan penguatan, mencapai Rp16.497 per dolar AS dari Rp16.533 per dolar AS sebelumnya.
Cadangan Devisa dan Ketahanan Ekonomi
Penurunan cadangan devisa memang perlu menjadi perhatian, namun hal ini tidak serta-merta mengindikasikan melemahnya perekonomian Indonesia. Cadangan devisa yang masih cukup besar dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia yang kuat. BI terus memantau perkembangan pasar keuangan global dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Penting untuk diingat bahwa fluktuasi nilai tukar merupakan hal yang lumrah dalam pasar keuangan global. Namun, kekuatan fundamental ekonomi Indonesia, seperti pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan cadangan devisa yang memadai, memberikan landasan yang kuat bagi stabilitas nilai tukar rupiah di masa mendatang.
Ke depan, perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter baik di dalam maupun luar negeri akan terus mempengaruhi nilai tukar rupiah. Namun, optimisme pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap menjadi faktor kunci yang mendukung penguatan nilai tukar rupiah.