Rupiah Menguat: The Fed Diperkirakan Pertahankan Suku Bunga
Nilai tukar rupiah menguat 0,04 persen menjadi Rp16.449 per dolar AS, didorong oleh proyeksi The Fed yang akan mempertahankan suku bunga acuan.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Selasa, 6 Mei 2025. Penguatan ini dipengaruhi oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga acuannya. Hal ini terjadi di tengah tanda-tanda meredanya inflasi di AS dan pertumbuhan lapangan kerja yang stabil. Penguatan rupiah mencapai 6 poin atau 0,04 persen, menutup perdagangan pada level Rp16.449 per dolar AS, dibandingkan Rp16.455 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.
Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 4,25-4,5 persen. Keputusan ini didasarkan pada indikasi pendekatan wait and see yang diadopsi oleh para pembuat kebijakan. Ibrahim menambahkan, "Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap pada hari Rabu (7/5/2025) karena para pembuat kebijakan telah mengindikasikan pendekatan wait and see di tengah kekhawatiran tarif." Pernyataan ini menunjukkan bahwa The Fed akan mencermati perkembangan ekonomi lebih lanjut sebelum mengambil keputusan terkait kebijakan moneter.
Meskipun rupiah menguat di pasar spot, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia justru melemah. Pada Selasa sore, JISDOR tercatat di level Rp16.472 per dolar AS, turun dari Rp16.421 per dolar AS sebelumnya. Perbedaan ini menunjukkan dinamika yang kompleks dalam pasar valuta asing, yang dipengaruhi berbagai faktor selain ekspektasi terhadap kebijakan The Fed.
Analisis Data Ekonomi AS
Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga dipengaruhi oleh beberapa data ekonomi AS terkini. Data dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) turun 0,1 persen pada Maret 2025, menandai penurunan bulanan pertama sejak Mei 2020. Inflasi tahunan juga menurun menjadi 2,4 persen, angka terendah sejak September 2024. Penurunan IHK menunjukkan bahwa tekanan inflasi di AS mulai mereda.
Selain IHK, Indeks Harga Produsen (IHP) juga mengalami penurunan 0,4 persen secara bulanan pada Maret 2025, meskipun naik 2,7 persen secara tahunan (year on year/yoy). Sementara itu, Personal Consumption Expenditures (PCE) core index, sebuah indikator inflasi penting lainnya, stagnan secara bulanan dan turun menjadi 2,6 persen per tahun pada Maret 2025 dari 3 persen pada Februari 2025.
Data ketenagakerjaan juga menunjukkan tren yang positif. Non-Farm Payrolls (NFP), yang mengukur jumlah lapangan kerja baru di sektor non-pertanian, meningkat sebesar 177 ribu pada April 2025, melampaui estimasi pasar. Tingkat pengangguran tetap stabil di angka 4,2 persen. Meskipun angka NFP Maret 2025 direvisi turun menjadi 185 ribu, data secara keseluruhan menunjukkan pasar tenaga kerja AS yang masih kuat.
Ibrahim Assuabi menekankan pentingnya memperhatikan komentar Gubernur The Fed, Jerome Powell, untuk mendapatkan wawasan lebih lanjut tentang arah kebijakan suku bunga di masa mendatang. Komentar Powell akan memberikan petunjuk lebih jelas mengenai langkah-langkah The Fed selanjutnya dalam merespon perkembangan ekonomi AS.
Implikasi bagi Rupiah
Penguatan rupiah yang dipengaruhi oleh ekspektasi kebijakan The Fed menunjukkan kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia. Namun, perlu diingat bahwa nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik domestik maupun global. Oleh karena itu, penguatan ini tidak menjamin nilai tukar rupiah akan terus menguat di masa mendatang. Perkembangan ekonomi domestik, seperti kinerja ekspor-impor dan kebijakan pemerintah, juga akan memainkan peran penting dalam menentukan arah nilai tukar rupiah.
Ke depan, investor perlu mencermati perkembangan ekonomi AS dan komentar Jerome Powell untuk mengantisipasi pergerakan nilai tukar rupiah. Stabilitas ekonomi domestik juga menjadi faktor kunci dalam menjaga kekuatan rupiah. Pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi makro untuk mendukung kinerja nilai tukar rupiah.