Fakta Mengejutkan: 10-15% Pasangan di Indonesia Alami Infertilitas, Merck Dorong Perawatan Kesuburan Berbasis Pasien untuk Atasi Tantangan Populasi
Merck menginisiasi pendekatan baru dalam perawatan kesuburan di Indonesia, fokus pada empati dan aksesibilitas. Bagaimana upaya ini dapat mengatasi masalah infertilitas dan menjaga rasio populasi?

Jakarta, 31 Juli – Perusahaan teknologi kesehatan global, Merck, secara aktif mendorong perluasan akses terhadap perawatan kesuburan di Indonesia. Inisiatif ini tidak hanya berlandaskan pada kemajuan ilmiah, tetapi juga mengedepankan empati dan kepedulian terhadap pasien.
Langkah strategis ini bertujuan untuk menjaga rasio populasi yang sehat di Indonesia, yang pada gilirannya diharapkan dapat memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional. Merck berkomitmen penuh untuk mendukung pasangan yang menghadapi tantangan infertilitas.
Evie Yulin, President Director of PT Merck Tbk, menyatakan bahwa perawatan kesuburan merupakan solusi efektif untuk menjaga tingkat rasio populasi. Komitmen ini diwujudkan melalui penyediaan pengobatan berbasis Assisted Reproductive Technology (ART) serta fokus pada pendekatan yang berpusat pada pasien.
Pendekatan Berpusat pada Pasien dalam Program IVF
Merck tidak hanya berfokus pada aspek medis dalam program In Vitro Fertilization (IVF), tetapi juga menekankan pentingnya pengalaman pasien yang holistik. Perusahaan ini menyediakan berbagai alat bantu komunikasi yang dirancang khusus.
Alat-alat ini bertujuan untuk membantu tenaga medis menjelaskan prosedur IVF serta memberikan harapan yang jelas dan mudah dipahami kepada pasien. Pendekatan ini sejalan dengan pandangan para ahli di bidang fertilitas.
Prof. Dr. dr. Hendy Hendarto SpOG Subsp FER, Ketua PERFITRI (Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia), menegaskan bahwa layanan fertilitas harus bergeser menjadi lebih berpusat pada pasien. Hal ini berarti layanan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi individu masing-masing pasien.
Keberhasilan dalam IVF, menurut Prof. Hendy, tidak semata ditentukan oleh teknologi canggih. Namun, juga sangat dipengaruhi oleh rasa percaya, kenyamanan, dan dukungan emosional yang kuat selama seluruh proses perawatan kesuburan.
Tantangan Infertilitas dan Upaya Peningkatan Akses
Data Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 10-15 persen pasangan di Indonesia menghadapi masalah infertilitas. Angka ini menjadi perhatian serius dalam konteks demografi nasional.
Selain itu, data World Population Prospects mencatat penurunan Total Fertility Rate (TFR) Indonesia dari 3,10 pada tahun 1990 menjadi 2,15 pada tahun lalu. Secara kumulatif, angka kelahiran di Indonesia telah berkurang signifikan sebesar 30,64 persen antara tahun 1990 dan 2022.
Prof. Dr. dr. Budi Wiweko SpOG Subsp FER MPH FRANZCOG (Hons) FICRM, Ketua Umum PP Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), menyatakan bahwa program bayi tabung di Indonesia telah mencapai standar global. Namun, tantangan utama saat ini adalah meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan kesuburan di dalam negeri.
Para dokter dan klinik di Indonesia telah menunjukkan kredibilitas tinggi dalam menyediakan layanan ART berkualitas. Peningkatan kepercayaan publik diharapkan dapat mendorong lebih banyak pasangan untuk memanfaatkan program perawatan kesuburan ini.
Peran Asuransi dan Edukasi dalam Perawatan Kesuburan
Merck juga berupaya memperluas akses pasien terhadap perawatan kesuburan melalui inisiatif inklusi asuransi. Perusahaan ini menjalin kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan nasional serta penyedia asuransi swasta.
Kerja sama ini bertujuan untuk mengatasi tantangan biaya yang seringkali menjadi hambatan bagi banyak pasangan. Dengan demikian, diharapkan lebih banyak pasangan dapat mewujudkan impian memiliki anak tanpa terbebani secara finansial yang berlebihan.
Upaya ini merupakan bagian integral dari komitmen Merck untuk memperluas akses program fertilitas yang lebih inklusif dan berkelanjutan di Indonesia. Aksesibilitas finansial menjadi kunci penting dalam mencapai tujuan ini.
Wenny Aurelia, pendiri komunitas Endometriosis Indonesia, menyambut baik komitmen teknologi reproduksi berbasis bantuan dari Merck. Ia berharap klinik dan penyedia layanan infertilitas dapat memberikan edukasi yang lebih jelas kepada pasien IVF. Edukasi yang transparan ini diharapkan dapat mengurangi stres, rasa takut gagal, dan kebingungan yang mungkin dialami pasien selama menjalani proses perawatan kesuburan.