Rupiah Melemah: The Fed Jaga Suku Bunga Tinggi, Pasar Antisipasi
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah karena pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, meskipun proyeksi pemotongan suku bunga ada di tahun 2025.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah. Pelemahan ini terjadi di tengah keyakinan pasar bahwa The Fed, bank sentral AS, akan mempertahankan suku bunga acuan pada level tinggi untuk jangka waktu yang lebih panjang. Hal ini terjadi meskipun The Fed memproyeksikan pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) di tahun 2025. Pelemahan rupiah ini terjadi pada Jumat, 21 Maret, di Jakarta.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, menjelaskan bahwa pasar semakin yakin The Fed akan menahan suku bunga tinggi. Hal ini terlihat dari pulihnya nilai dolar AS setelah sebelumnya mengalami kerugian. Pasar tampaknya memprediksi sedikit kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat, terutama karena The Fed tidak mengubah suku bunga pada pertemuan terakhirnya. "Pasar terlihat memperkirakan lebih sedikit peluang suku bunga turun dalam waktu dekat, terutama karena Fed tidak mengubah suku bunga minggu ini," jelas Ibrahim dalam keterangan tertulis.
Salah satu faktor yang dipertimbangkan The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunganya adalah data klaim pengangguran AS. Data tersebut menunjukkan pasar tenaga kerja AS yang masih kuat, dengan angka klaim pengangguran mencapai 223 ribu, sedikit meningkat dari angka sebelumnya yaitu 221 ribu. Kondisi ini menunjukkan perekonomian AS yang masih bergairah, sehingga The Fed cenderung menahan kenaikan suku bunga.
The Fed Abaikan Seruan Trump, Fokus pada Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Ibrahim Assuabi juga menambahkan bahwa seruan Presiden AS Donald Trump agar The Fed memangkas suku bunga tampaknya diabaikan oleh bank sentral AS. The Fed, dalam pertemuannya baru-baru ini, tidak menunjukkan sinyal akan menurunkan suku bunga. Keputusan ini menunjukkan meningkatnya ketidakpastian ekonomi AS, termasuk dampak tarif Trump dan proyeksi inflasi. "Bank sentral tidak mengisyaratkan niat seperti itu selama pertemuannya baru-baru ini, menandai meningkatnya ketidakpastian atas ekonomi, tarif Trump, dan lintasan inflasi. Fed juga menaikkan perkiraan inflasi 2025 dan memangkas prospek pertumbuhannya," ungkap Ibrahim.
Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi ini berdampak pada nilai tukar rupiah. Pada penutupan perdagangan hari Jumat, rupiah melemah 17 poin atau 0,10 persen, menjadi Rp16.502 per dolar AS, dibandingkan dengan Rp16.485 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga menunjukkan pelemahan, berada di level Rp16.501 per dolar AS, turun dari Rp16.481 per dolar AS.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar merespon kebijakan The Fed dengan antisipasi pelemahan rupiah. Ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter AS yang cenderung hawkish menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.
Analisis Pelemahan Rupiah dan Prospek ke Depan
Pelemahan rupiah ini menjadi perhatian bagi pelaku pasar dan pemerintah Indonesia. Pemerintah perlu memperhatikan dampak pelemahan rupiah terhadap perekonomian nasional, terutama pada sektor impor. Stabilitas nilai tukar rupiah sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Diperlukan strategi yang tepat untuk mengelola dampak pelemahan rupiah dan menjaga daya saing ekspor Indonesia.
Ke depan, pergerakan nilai tukar rupiah akan sangat bergantung pada perkembangan ekonomi global, khususnya kebijakan moneter AS. Jika The Fed mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari perkiraan, maka tekanan terhadap rupiah kemungkinan akan berlanjut. Sebaliknya, jika ada indikasi penurunan suku bunga oleh The Fed, maka rupiah berpotensi menguat kembali. Penting bagi investor dan pelaku pasar untuk terus memantau perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter AS untuk mengantisipasi pergerakan nilai tukar rupiah.
Secara keseluruhan, pelemahan rupiah kali ini merupakan cerminan dari dinamika pasar global yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter The Fed. Antisipasi pasar terhadap suku bunga tinggi di AS menjadi faktor utama yang mendorong pelemahan nilai tukar rupiah. Pemerintah dan Bank Indonesia perlu menyiapkan strategi yang tepat untuk menghadapi tantangan ini dan menjaga stabilitas ekonomi nasional.