Rupiah Melemah: The Fed Pertahankan Suku Bunga, Sentimen Negatif Menekan Kurs
Keinginan The Fed mempertahankan suku bunga acuan lebih lama dan sentimen negatif dari kebijakan tarif Trump menekan nilai tukar rupiah hingga Rp16.353 per dolar AS pada Kamis.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) melemah pada pembukaan perdagangan Kamis di Jakarta. Pelemahan sebesar 28 poin atau 0,17 persen ini menempatkan kurs rupiah di angka Rp16.353 per dolar AS, turun dari posisi sebelumnya di Rp16.325 per dolar AS. Hal ini, menurut pengamat pasar uang Ariston Tjendra, dipengaruhi oleh keputusan Federal Reserve (The Fed) untuk menahan suku bunga acuan lebih lama dan sentimen negatif dari pasar global.
Ariston menjelaskan bahwa notulen rapat kebijakan The Fed bulan Januari menunjukkan keinginan bank sentral AS untuk mempertahankan suku bunga acuan. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan data terbaru mengenai inflasi, pasar tenaga kerja, dan dampak kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. The Fed tampak kesulitan menurunkan inflasi ke target dua persen, sehingga mempertahankan suku bunga menjadi pilihan.
Selain itu, kebijakan tarif Trump juga memberikan dampak negatif terhadap sentimen pasar. "Rilis notulen rapat kebijakan The Fed bulan Januari lalu dinihari tadi memperlihatkan keinginan bank sentral untuk menahan suku bunga acuan lebih lama lagi," ujar Ariston kepada ANTARA di Jakarta, Kamis. Kondisi ini terlihat dari pergerakan negatif indeks saham di pasar Asia pagi ini.
Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Kurs Rupiah
Ariston menambahkan bahwa faktor internal juga turut memberikan tekanan terhadap rupiah. Pasar mulai berspekulasi mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) akibat inflasi yang rendah dan pengurangan anggaran belanja negara. Hal ini dikhawatirkan akan menurunkan aktivitas bisnis lokal dan memberikan tekanan lebih lanjut terhadap nilai tukar rupiah.
Ia memprediksi potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan berlanjut hingga Rp16.380, dengan potensi dukungan (support) di sekitar Rp16.290. "Selain itu, kebijakan tarif Trump juga masih memberikan sentimen negatif ke pasar pagi ini. Indeks saham Asia terlihat bergerak negatif pagi ini," tambah Ariston. Kondisi ini menunjukkan kompleksitas faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Kondisi ekonomi global yang tidak menentu, khususnya kebijakan moneter The Fed, memiliki dampak signifikan terhadap nilai tukar mata uang negara berkembang seperti rupiah. Ketidakpastian ini membuat investor cenderung lebih berhati-hati dan dapat memicu aliran modal keluar dari pasar Indonesia.
Analisis Lebih Lanjut Mengenai Pelemahan Rupiah
Pelemahan rupiah ini menjadi perhatian bagi pelaku pasar dan pemerintah. Pemerintah perlu memperhatikan kebijakan fiskal dan moneter untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Koordinasi yang baik antara Bank Indonesia dan pemerintah sangat penting untuk mengantisipasi potensi pelemahan yang lebih dalam.
Langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah antara lain adalah dengan mengendalikan inflasi, meningkatkan daya saing ekonomi, dan menarik investasi asing. Penting juga untuk memperhatikan perkembangan ekonomi global dan mengantisipasi dampaknya terhadap perekonomian domestik.
Secara keseluruhan, pelemahan rupiah saat ini merupakan cerminan dari kompleksitas faktor internal dan eksternal. Perkembangan ekonomi global, kebijakan moneter The Fed, dan kondisi ekonomi domestik semuanya berperan dalam menentukan nilai tukar rupiah.
Potensi pelemahan rupiah ke arah Rp16.380 perlu diwaspadai. Namun, potensi support di sekitar Rp16.290 dapat menjadi penyangga terhadap pelemahan yang lebih tajam. Pemantauan yang ketat terhadap perkembangan ekonomi global dan domestik sangat penting untuk mengantisipasi fluktuasi nilai tukar rupiah ke depannya.
Ke depan, diperlukan strategi yang komprehensif untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini mencakup kebijakan fiskal dan moneter yang tepat, serta upaya untuk meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di pasar global.