DTPH Pasaman Barat Tingkatkan Produksi Padi Melalui Kolaborasi Inovatif, Targetkan 20 Ribu Hektare Lahan Tanam
Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (DTPH) Pasaman Barat mengimplementasikan strategi kolaboratif untuk menggenjot produksi padi, mengatasi tantangan pertanian dan menargetkan peningkatan signifikan. Bagaimana program ini dapat mengubah wajah pertanian.

Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (DTPH) Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, meluncurkan program inovatif. Program ini dikenal sebagai Strategi Peningkatan Produksi Padi Berbasis Kolaborasi (SP3BESI). Inisiatif ini bertujuan untuk secara signifikan mendongkrak produksi padi di wilayah tersebut.
Kepala DTPH Pasaman Barat, Doddy San Ismail, menjelaskan bahwa program ini mengedepankan pendekatan kolaboratif. Keterlibatan petani, dinas terkait, dan berbagai pihak lain menjadi kunci utama. Kolaborasi ini mencakup seluruh rantai pasok pertanian, mulai dari hulu hingga hilir.
Latar belakang program SP3BESI didasari oleh belum optimalnya produksi padi di Pasaman Barat. Berbagai permasalahan mulai dari penanaman, pemeliharaan, hingga pemasaran menjadi kendala. Oleh karena itu, kolaborasi erat antarpihak dianggap krusial untuk mencapai peningkatan hasil panen yang berkelanjutan.
Tantangan dalam Peningkatan Produksi Padi di Pasaman Barat
Doddy San Ismail mengidentifikasi beberapa faktor utama yang menghambat optimalisasi produksi padi. Produktivitas pertanian tanaman pangan masih belum maksimal. Selain itu, laju konversi lahan pertanian ke non-pertanian juga sangat tinggi. Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) seringkali tidak terkendali, menyebabkan kerugian signifikan.
Akses petani terhadap permodalan dan teknologi modern masih terbatas. Kualitas sumber daya manusia petani juga memerlukan peningkatan. Penurunan kesuburan tanah menjadi isu serius yang mempengaruhi hasil panen. Indeks pertanaman (IP) petani rata-rata masih dua kali setahun, padahal berpotensi dioptimalkan.
Untuk mengatasi masalah alih fungsi lahan, Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat telah mengesahkan Peraturan Daerah (Perda) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) Nomor 5 Tahun 2023. Perda ini diharapkan dapat menekan laju konversi lahan. DTPH terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mengawal implementasi regulasi ini.
Strategi Kolaboratif SP3BESI untuk Hasil Optimal
DTPH Pasaman Barat mengambil langkah konkret dengan meningkatkan koordinasi lintas sektor. Pendampingan intensif diberikan kepada petani, mulai dari penyediaan benih bersertifikat hingga pupuk bersubsidi. Penggunaan teknologi pertanian modern juga didorong untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Pengendalian serangan OPT menjadi prioritas guna mencegah gagal panen. Pembekalan bagi penyuluh dan petani juga terus dilakukan, khususnya mengenai pengolahan tanah yang benar dan pemberian bahan organik untuk mengatasi penurunan kesuburan. Sosialisasi implementasi Perda LP2B gencar dilakukan untuk menekan alih fungsi lahan.
Kolaborasi menjadi inti dari program ini. DTPH bekerja sama dengan Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Sumbar untuk penyediaan benih unggul. Pelatihan teknologi budidaya padi sawah diselenggarakan bersama Badan Riset Mekanisasi Pertanian (BRMP) Provinsi Sumbar, serta pelatihan pengendalian OPT dengan Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Sumbar.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia petani pada kegiatan pascapanen juga menjadi fokus. Universitas Andalas (Unand) Padang turut mendampingi petani agar hasil produksi memiliki nilai jual lebih tinggi. Kolaborasi dengan PLN juga dilakukan untuk penggunaan huller listrik, yang menawarkan efisiensi biaya dan ramah lingkungan.
Implementasi dan Target Peningkatan Produksi Padi Pasaman Barat
Salah satu wujud nyata dari kolaborasi ini adalah implementasi program Sawah Pokok Murah (SPM). Program SPM ini telah diterapkan di Pasaman Barat, salah satunya melalui Kelompok Tani Tirto Sari di Kecamatan Luhak Nan Duo pada 28 Mei 2025. Sistem budidaya padi sawah SPM terbukti sangat efisien.
Penerapan SPM dapat menghemat pemakaian benih dan sarana produksi lainnya hingga lebih dari 60 persen. Selain itu, biaya pengolahan lahan juga dapat ditekan secara signifikan. Inovasi ini diharapkan mampu meningkatkan keuntungan petani sekaligus menjaga keberlanjutan pertanian.
Pada semester pertama tahun ini, periode Januari hingga Juni, produksi padi di Pasaman Barat telah mencapai 41.247 ton. Angka ini berasal dari lahan tanam seluas 6.485 hektare. Pencapaian ini menunjukkan potensi besar wilayah tersebut dalam sektor pertanian.
Kepala DTPH Pasaman Barat menargetkan peningkatan luas tanam padi yang ambisius untuk tahun 2025. Target yang ditetapkan adalah seluas 20.321 hektare. Dengan strategi kolaboratif SP3BESI, DTPH optimis dapat mencapai target tersebut dan menjadikan Pasaman Barat lumbung padi yang lebih produktif.