Seni Budaya Kediri Meriahkan Hardiknas 2025: Upacara Bahasa Jawa dan Pentas Tradisional
Kota Kediri merayakan Hardiknas 2025 dengan upacara berbahasa Jawa, pentas seni budaya, dan berbagai kegiatan untuk melestarikan budaya lokal, memperingati jasa Ki Hadjar Dewantara.

Kota Kediri, Jawa Timur, semarak menyambut Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025. Peringatan tahun ini dirayakan secara unik dengan menggabungkan unsur pendidikan dan pelestarian budaya Jawa. Berbagai kegiatan, termasuk upacara bendera berbahasa Jawa dan pentas seni tradisional, turut memeriahkan acara yang berpusat di Taman Siswa, sebuah cagar budaya dan sekolah bersejarah di Kediri.
Peringatan Hardiknas 2025 di Kediri bukan sekadar seremonial. Acara ini menjadi momentum penting untuk mengingat kembali jasa-jasa Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, dan filosofi pendidikannya yang relevan hingga kini. Ketua Dewan Kebudayaan Daerah Kota Kediri, Wahyu, menekankan pentingnya pendidikan yang berakar pada budaya lokal, sesuai dengan semboyan "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani".
Wahyu menjelaskan, filosofi Ki Hadjar Dewantara yang berarti "di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, dan di belakang memberikan dorongan dan arahan" masih sangat relevan dalam konteks pendidikan modern. Peringatan Hardiknas di Kediri menjadi wujud nyata penerapan filosofi tersebut, dengan menekankan pentingnya guru sebagai teladan dan pelestari budaya.
Upacara Adat dan Pentas Seni Tradisional
Upacara peringatan Hardiknas di Taman Siswa Kota Kediri berlangsung khidmat dengan menggunakan bahasa Jawa dan pakaian adat. Hal ini selaras dengan visi pendidikan yang berbudaya, menghormati keberagaman budaya Indonesia sembari tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dan Bahasa Indonesia. Para siswa, guru, dan masyarakat turut serta dalam upacara tersebut, menciptakan suasana yang meriah dan penuh makna.
Tidak hanya upacara, berbagai kegiatan lain juga turut memeriahkan Hardiknas di Kediri. Anak-anak diajak mengenal permainan tradisional, sedangkan pameran seni dan kegiatan literasi membuka wawasan mereka tentang kekayaan budaya lokal. Pengenalan aksara Jawa Kawi dan pembuatan topeng menambah semarak acara yang bertujuan untuk melestarikan warisan budaya.
Pemilihan Taman Siswa sebagai lokasi peringatan Hardiknas bukan tanpa alasan. Sekolah yang berdiri sejak tahun 1911 ini memiliki sejarah panjang dan peran penting dalam pendidikan Indonesia, bahkan sebelum kemerdekaan. Taman Siswa pernah menjadi pusat pergerakan dan tempat pengucapan proklamasi di Kediri, serta telah mencetak banyak tokoh penting.
Taman Siswa: Sejarah dan Masa Depan
Taman Siswa Kota Kediri hingga kini masih aktif dan berperan penting dalam mencerdaskan anak bangsa. Keberadaan Taman Siswa sebagai cagar budaya sekaligus lembaga pendidikan aktif menjadi bukti nyata komitmen Kediri dalam melestarikan sejarah dan mengembangkan pendidikan yang berakar pada budaya lokal. Rencana pendirian SMK Kebudayaan di Taman Siswa diharapkan dapat semakin mengangkat martabat dan peran sekolah bersejarah ini.
Wahyu menambahkan, "Intinya Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu juga. Itu adalah Pancasila dan Bahasa Indonesia," menunjukkan pentingnya keberagaman budaya dalam konteks persatuan Indonesia. Peringatan Hardiknas di Kediri menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan dan budaya dapat berjalan beriringan, membentuk generasi muda yang cinta budaya dan tanah air.
Kegiatan Hardiknas di Kediri melibatkan peserta dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari TK hingga SMA. Para ibu guru juga turut aktif berpartisipasi, menunjukkan komitmen bersama dalam memajukan pendidikan dan budaya di Kota Kediri. Suasana meriah dan penuh semangat terlihat jelas dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan.
Dengan berbagai kegiatan yang beragam dan bermakna, peringatan Hardiknas 2025 di Kediri tidak hanya sekadar upacara seremonial, tetapi juga menjadi ajang untuk menanamkan kecintaan terhadap budaya lokal dan memperteguh semangat persatuan dalam keberagaman.