Serangga: Menu Baru Program Makan Bergizi Gratis?
Kepala BGN, Dadan Hindayana, mempertimbangkan serangga sebagai menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di daerah-daerah yang biasa mengkonsumsinya, guna menyesuaikan potensi sumber daya lokal dan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
Serangga sebagai menu Makan Bergizi Gratis (MBG)? Ide ini mengemuka dari Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana. Dalam acara Rampinas PIRA di Jakarta, Sabtu (25/1), beliau menyatakan bahwa serangga dapat dipertimbangkan sebagai menu MBG di daerah-daerah yang sudah terbiasa mengonsumsi serangga sebagai sumber makanan.
Menurut Dadan, fleksibilitas menu MBG didasarkan pada potensi sumber daya lokal masing-masing daerah. "Kalau ada daerah-daerah tertentu yang terbiasa makan seperti itu (serangga), itu (serangga) bisa menjadi menu di daerah tersebut," jelasnya. Hal ini menekankan bahwa BGN lebih fokus pada standar komposisi gizi nasional, bukan standar menu nasional yang seragam.
Mengapa serangga? Serangga, bagi beberapa daerah, merupakan sumber protein alternatif. Dadan memberikan contoh lain keragaman sumber protein, seperti telur dan ikan, yang ketersediaannya berbeda di tiap daerah. Inisiatif ini selaras dengan upaya diversifikasi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
Tidak hanya protein, karbohidrat pun beragam. Selain protein, BGN juga mempertimbangkan variasi menu untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. Daerah yang biasa mengkonsumsi jagung, singkong, atau pisang rebus, misalnya, bisa saja mengganti nasi dalam menu MBG. "Itu contoh bagaimana keragaman pangan bisa diakomodir dalam program makan bergizi," ujar Dadan.
Program MBG: Capaian dan Target. Saat ini, program MBG telah menjangkau 31 provinsi di Indonesia, dengan 238 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang beroperasi. Target penerima manfaat program MBG pada periode Januari-April 2025 adalah 3 juta orang, meningkat menjadi 6 juta pada periode April-Agustus 2025.
Kesimpulan: Inisiatif BGN untuk memasukkan serangga sebagai alternatif menu MBG menunjukkan komitmen terhadap diversifikasi pangan dan pemanfaatan sumber daya lokal. Langkah ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat secara lebih efektif dan efisien, dengan mempertimbangkan keragaman budaya dan potensi sumber daya di berbagai daerah Indonesia.