SIG Sukses Budidaya Serai Wangi di Lahan Pascatambang Narogong, Raup Omzet Rp227 Juta!
PT Semen Indonesia (SIG) berhasil mereklamasi lahan pascatambang di Narogong dengan budidaya serai wangi, menghasilkan produk olahan bernilai ekonomi dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) bersama anak perusahaannya, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk, telah sukses membudidayakan serai wangi di lahan pascatambang seluas 10 hektare di Pabrik Narogong, Jawa Barat. Inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen keberlanjutan SIG dalam pengelolaan lahan pascatambang, yang diresmikan pada tahun 2020 atas rekomendasi Irdika Mansur, Peneliti Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB dan Direktur SEAMEO Biotrop. Program ini tidak hanya mereklamasi lahan, tetapi juga memberikan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat sekitar.
Langkah ini merupakan wujud nyata komitmen SIG dalam melakukan reklamasi dan revegetasi lahan pascatambang. Selain serai wangi, berbagai jenis pohon seperti jati, trembesi, kayu putih, sengon, mahoni, merbau, dan jabon juga ditanam di area seluas 109,02 hektare. Budidaya serai wangi dipilih karena efektif untuk mencegah erosi dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Keberhasilan program ini menunjukkan bahwa lahan pascatambang dapat dialihfungsikan menjadi area produktif yang bermanfaat.
"Pabrik kami di Narogong membudidayakan serai wangi di lahan seluas sekitar 10 ha sebagai bagian dari program sistem reklamasi tambang, yang berdampak sosial dan berkelanjutan," jelas Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni. Program ini telah memberikan dampak positif, baik secara lingkungan maupun ekonomi, bagi masyarakat sekitar Pabrik Narogong. Keberhasilan ini menjadi contoh nyata bagaimana perusahaan dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan.
Dari Lahan Tambang Menjadi Ladang Bisnis: Serai Wangi dan Produk Olahannya
Serai wangi yang dibudidayakan di lahan pascatambang diolah menjadi berbagai produk minyak atsiri oleh kelompok Perempuan Sadar Berkarya (PUSAKA) dengan merek SIJEBI. Produk-produk tersebut meliputi minyak esensial, hand sanitizer, karbol, minyak pijat, minyak angin, minyak telon, dan sabun cuci tangan. Proses produksi memanfaatkan fasilitas penyulingan minyak atsiri tipe distilasi uap dengan kapasitas 1,2 ton serai wangi, dengan hasil panen sekitar 3-5 kg per hektare.
Bahkan, limbah serai wangi pun dimanfaatkan sebagai pakan sapi dalam program penggemukan sapi di kandang komunal. Hal ini menunjukkan upaya maksimal dalam pemanfaatan sumber daya dan meminimalisir limbah. Strategi ini tidak hanya berdampak positif pada lingkungan, tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat.
Produk-produk SIJEBI telah berhasil menembus pasar nasional melalui marketplace, menunjukkan potensi pasar yang luas. Keberhasilan ini membuktikan bahwa produk-produk berbahan baku alami dan ramah lingkungan memiliki daya saing yang tinggi di pasar.
Keberhasilan Ekonomi dan Dampak Sosial yang Signifikan
Pada tahun 2024, kelompok PUSAKA berhasil meraih pendapatan sebesar Rp227 juta dari penjualan produk SIJEBI, meningkat 17 persen dibandingkan tahun 2023 (Rp193 juta) dan naik secara signifikan sebesar 490 persen dari baseline tahun 2021 (Rp38,41 juta). Angka ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang pesat berkat program budidaya serai wangi ini.
Keberhasilan ini tidak hanya meningkatkan pendapatan kelompok PUSAKA, tetapi juga memberikan dampak sosial yang positif bagi masyarakat sekitar. Program ini menciptakan lapangan kerja dan pemberdayaan ekonomi bagi perempuan di daerah tersebut. Hal ini selaras dengan komitmen SIG dalam menciptakan nilai tambah bagi masyarakat sekitar.
"Program ini adalah terobosan dalam pengelolaan lahan pascatambang, dengan membangun rantai nilai dari kegiatan reklamasi yang memberikan dampak sosial dan ekonomi secara berkelanjutan," tambah Vita Mahreyni. Program ini menjadi contoh nyata bagaimana perusahaan dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dengan mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Dengan demikian, program budidaya serai wangi di lahan pascatambang Narogong menjadi bukti nyata bahwa lahan pascatambang dapat diubah menjadi aset produktif yang memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat. Model ini dapat diadopsi oleh perusahaan lain sebagai contoh keberhasilan pengelolaan lahan pascatambang yang berkelanjutan.