Sistem Perhakiman MTQ Indonesia: Acuan Internasional
Sistem perhakiman Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Indonesia, yang detail dan berbasis ilmu pengetahuan, menjadi contoh bagi negara lain seperti Iran, Irak, dan Malaysia dalam proses penilaiannya.

Dewan Hakim MTQ Indonesia, Said Aqil Husin, mengungkapkan sistem penilaian MTQ Indonesia telah menjadi rujukan sejumlah negara, termasuk Iran, Irak, dan Malaysia. Hal ini disampaikannya di Jakarta pada Kamis, 30 Januari. Keunggulan sistem ini, menurut Said Aqil, terletak pada detail dan kedalamannya.
Sistem Penilaian yang Detail dan Komprehensif
Sistem perhakiman MTQ Indonesia tidak sekadar menilai berdasarkan pendengaran, tetapi juga mengandalkan ilmu pengetahuan yang mendalam. Hal ini memungkinkan para dewan hakim mendeteksi keahlian dan ketepatan penilaian peserta. Said Aqil menekankan pentingnya aspek ini, mengingat Al-Quran sebagai kitab suci yang luar biasa.
Keunikan Sistem Penilaian MTQ Indonesia
Salah satu aspek pembeda sistem perhakiman MTQ Indonesia adalah kemampuan menilai penghayatan dalam membaca Al-Quran. Indonesia juga tercatat sebagai salah satu negara pertama yang menerapkan ilmu Tadabur dalam sistem penilaiannya. Menurut Said Aqil, sistem ini mampu mendeteksi perbedaan penghayatan yang ditunjukkan oleh setiap peserta.
Sistem ini mencakup aturan main yang detail, meliputi berbagai disiplin ilmu terkait. Dengan begitu, para dewan hakim dapat secara objektif dan komprehensif menilai penampilan peserta.
MTQ Internasional ke-4 di Jakarta
Indonesia baru-baru ini menggelar MTQ Internasional ke-4 di Jakarta pada 28 Januari hingga 2 Februari 2025. Ajang bergengsi ini mengangkat tema "Al-Qur’an, Environment, and Humanity for Global Harmony", yang menekankan peran Al-Quran dalam menjaga lingkungan, kemanusiaan, dan perdamaian global.
Sebanyak 60 peserta dari 187 negara yang lolos pra-kualifikasi di 2023 berpartisipasi dalam babak final. Dua cabang utama yang dipertandingkan adalah Tilawah dan Tahfiz Al-Quran. Penilaian dilakukan oleh 22 dewan hakim, 15 dari Indonesia dan 7 dari Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara.
Kesimpulan
Sistem perhakiman MTQ Indonesia yang detail dan komprehensif telah diakui dunia internasional. Keunggulan sistem ini, yang memadukan aspek pendengaran dan ilmu pengetahuan, menjadikan Indonesia sebagai rujukan dalam penyelenggaraan MTQ.