Sorghum: Tanaman Ajaib untuk Ketahanan Pangan Indonesia?
Menhut sebut sorghum sebagai tanaman serbaguna yang dapat meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan petani, dipanen perdana di Karawang.

Sorghum: Harapan Baru Ketahanan Pangan Indonesia?
Menteri Kehutanan (Menhut) Republik Indonesia, Raja Juli Antoni, mendeklarasikan sorghum sebagai "tanaman ajaib" yang mampu berkontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan nasional. Deklarasi ini disampaikan saat panen perdana sorghum di Karawang, Jawa Barat, Sabtu, 15 Maret 2024. Kehadiran Menhut dan Ketua HKTI, Fadli Zon, menandai pentingnya komoditas ini bagi masa depan pertanian Indonesia.
Panen perdana sorghum di Karawang ini merupakan hasil binaan PKTHMTB-HKTI, yang dilakukan di Wilayah Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS). Keberhasilan panen ini menandakan potensi besar sorghum untuk dikembangkan lebih luas di Indonesia, terutama dalam rangka mendukung program ketahanan pangan nasional yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Raja Juli Antoni menekankan berbagai manfaat sorghum, mulai dari pengolahannya menjadi bahan pangan hingga potensi sebagai sumber energi terbarukan. Beliau juga menyinggung pengalamannya melihat panen sorghum di Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang dikenal sebagai jagung rote, menunjukkan potensi tanaman ini di berbagai wilayah Indonesia.
Potensi Multiguna Sorghum untuk Ketahanan Pangan
Menurut Menhut Raja Juli Antoni, sorghum memiliki potensi yang luar biasa. "Ini memang pohon ajaib dari ujung sampai akarnya bisa bermanfaat," katanya. Sorghum dapat diolah menjadi berbagai produk, termasuk beras sorghum, tepung, gula, bahkan pakan ternak yang kualitasnya dinilai lebih baik daripada jagung. Hal ini menunjukkan fleksibilitas dan nilai ekonomis sorghum yang tinggi.
Lebih lanjut, Menhut menyoroti pentingnya pembentukan klaster pangan berbasis perhutanan sosial untuk meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan petani. Dengan sistem klaster, biaya produksi diharapkan dapat ditekan, sehingga petani memperoleh keuntungan yang lebih besar. Inisiatif ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan ketahanan pangan Indonesia.
Raja Juli Antoni menambahkan, "Mungkin perlu dibuat semacam klaster pangan dari perhutanan sosial ini sehingga nilai perekonomiannya lebih baik. Sorghum baik, tapi kalau ditanam terpisah-pisah ongkosnya mahal dan apa yang didapat petani sedikit. Kalau kita buat klastering yang baik saya percaya ketahanan pangan dan energi yang dijanjikan Pak Prabowo dapat segera terjadi."
Hal senada disampaikan oleh Ketua HKTI, Fadli Zon. Ia juga menekankan manfaat sorghum sebagai tanaman tradisional yang dapat meningkatkan pendapatan petani melalui sistem tumpang sari. "Sorghum bisa ditumpang sarikan dengan cabai jadi mungkin bisa menambah penghasilan petani. Ketahanan pangan adalah kunci kedaulatan bangsa dan Pak Prabowo sudah mulai dengan program prioritas makan bergizi gratis," ujar Fadli Zon.
Manfaat Sorghum dan Tantangan ke Depan
Sorghum menawarkan solusi multiguna untuk meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan petani. Potensi pengolahannya yang beragam, mulai dari beras, tepung, hingga pakan ternak, menjadikannya komoditas yang menjanjikan. Sistem tumpang sari juga dapat meningkatkan efisiensi lahan dan pendapatan petani.
Namun, keberhasilan pengembangan sorghum juga bergantung pada strategi yang tepat. Pembentukan klaster pangan dan dukungan pemerintah sangat penting untuk menekan biaya produksi dan memastikan keuntungan yang berkelanjutan bagi petani. Dengan demikian, potensi "tanaman ajaib" ini dapat dioptimalkan untuk mencapai tujuan ketahanan pangan nasional.
Program pemerintah untuk mendukung pengembangan sorghum, termasuk penyediaan bibit unggul, pelatihan petani, dan akses pasar, akan menjadi kunci keberhasilan. Kerjasama antara pemerintah, petani, dan sektor swasta juga sangat krusial untuk memastikan keberlanjutan program ini.
Kesimpulannya, sorghum memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada ketahanan pangan Indonesia. Namun, dibutuhkan strategi yang terintegrasi dan komprehensif untuk merealisasikan potensi tersebut secara optimal dan berkelanjutan.