Stasiun Bekasi: Integrasi Strategis Modernisasi Perkeretaapian Nasional
Stasiun Bekasi, sebagai simpul integrasi strategis, mencatatkan peningkatan signifikan pengguna Commuter Line dan KA Jarak Jauh, mendukung modernisasi perkeretaapian nasional.

PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyatakan Stasiun Bekasi sebagai simpul integrasi strategis yang berperan penting dalam modernisasi perkeretaapian nasional. Peningkatan signifikan jumlah penumpang baik Commuter Line maupun Kereta Api Jarak Jauh (KA JJ) membuktikan peran krusial stasiun ini dalam meningkatkan konektivitas dan mobilitas masyarakat, khususnya di wilayah timur Jakarta.
Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, menjelaskan bahwa Stasiun Bekasi bukan hanya stasiun perlintasan biasa, melainkan mode utama dalam sistem mobilitas urban dan antarkota. Fungsi ganda ini, melayani Commuter Line dan KA JJ, menjadikan Stasiun Bekasi sebagai pusat pergerakan penting di wilayah Bekasi dan sekitarnya. "Bekasi kini tak hanya menjadi kota penyangga, tapi pusat pergerakan," ujar Anne.
Data menunjukan lonjakan pengguna Stasiun Bekasi yang signifikan. Pada tahun 2024, terjadi peningkatan penumpang Commuter Line sekitar 15,5 persen dibandingkan tahun 2023, meskipun terdapat penurunan penumpang yang tiba sebesar 9,3 persen. Tren positif ini berlanjut di awal tahun 2025, dengan peningkatan jumlah penumpang KA JJ yang signifikan, mencapai 35,1 persen pada tahun 2024 dibandingkan tahun 2023.
Peningkatan Pengguna Stasiun Bekasi dan Dampaknya
Lonjakan pengguna Stasiun Bekasi mencerminkan peningkatan mobilitas masyarakat di wilayah timur Jakarta. Data menunjukan peningkatan signifikan baik untuk pengguna Commuter Line maupun KA Jarak Jauh. Hal ini menunjukkan keberhasilan strategi integrasi transportasi di Stasiun Bekasi. Peningkatan ini juga mengurangi beban stasiun besar di Jakarta seperti Pasar Senen dan Gambir.
Fasilitas baru di Stasiun Bekasi, seluas 3.600 meter persegi, turut berkontribusi pada peningkatan kenyamanan penumpang. Fasilitas tersebut meliputi ruang tunggu ber-AC, fasilitas disabilitas, lift, eskalator, mushala, vending machine tiket, dan digital signage modern. Penataan peron dan jalur yang efisien juga meminimalisir tumpang tindih antara layanan Commuter Line dan KA JJ.
Integrasi antarmoda juga menjadi kunci keberhasilan Stasiun Bekasi. Stasiun ini terintegrasi dengan Trans Patriot, angkot, ojek daring, dan terminal bus kota, memudahkan penumpang untuk melanjutkan perjalanan mereka. Hal ini menunjukkan komitmen KAI dalam menyediakan layanan transportasi publik yang terintegrasi dan efisien.
Proyek Double-Double Track dan Revitalisasi Stasiun
Stasiun Bekasi juga merupakan bagian dari proyek nasional Double-Double Track Manggarai-Cikarang. Proyek ini bertujuan untuk memisahkan jalur Commuter Line dan KA JJ, meningkatkan kapasitas, headway, keandalan waktu tempuh, frekuensi layanan, serta kenyamanan penumpang. Revitalisasi Stasiun Bekasi sejalan dengan proyek ini, mendukung konektivitas wilayah penyangga ibu kota dan mengurangi beban stasiun besar di Jakarta.
Koordinasi antara Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) dan Pemerintah Kota Bekasi dalam perencanaan jangka panjang juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan revitalisasi Stasiun Bekasi. Kerjasama ini memastikan pengembangan Stasiun Bekasi berkelanjutan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Selama Januari-April 2025, lintas Cikarang Line melayani lebih dari 26 juta pengguna Commuter Line. Hal ini memperkuat peran koridor Bekasi-Cikarang sebagai jalur utama pergerakan masyarakat menuju pusat Jakarta. KAI terus berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas layanan dan mengembangkan transportasi rel publik yang adaptif terhadap kebutuhan masa depan.
Kesimpulannya, Stasiun Bekasi telah menjelma menjadi simpul transportasi yang modern dan efisien, mendukung modernisasi perkeretaapian nasional dan meningkatkan konektivitas wilayah penyangga Jakarta. Peningkatan jumlah penumpang dan integrasi antarmoda menunjukkan keberhasilan strategi yang diterapkan.