Sukabumi: Membangun Ketangguhan Masyarakat Hadapi Bencana Alam
Kabupaten Sukabumi, rawan bencana, berupaya bangun ketangguhan masyarakat melalui edukasi, infrastruktur, dan kerjasama guna meminimalisir dampak bencana alam.

Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dikenal sebagai daerah rawan bencana. Gempa bumi, banjir, tanah longsor, hingga tsunami mengancam 2,8 juta penduduknya yang tersebar di 47 kecamatan. Letaknya di jalur Sesar Cimandiri dan dekat gunung berapi aktif (Gede dan Salak), serta garis pantai yang panjang, meningkatkan risiko ini. Bencana besar pada awal Desember 2024 lalu, yang mengakibatkan ratusan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur, menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan.
Mengapa ketangguhan bencana penting di Sukabumi? Karena potensi bencana yang tinggi, upaya meminimalisir dampaknya, baik korban jiwa maupun materi, menjadi krusial. Meskipun delapan kecamatan telah dinyatakan tangguh bencana, upaya ini perlu diperluas dan lebih menekankan pada pembentukan karakter masyarakat yang tangguh, bukan hanya sebatas status administratif kecamatan.
Bagaimana membangun ketangguhan bencana di Sukabumi? Butuh kolaborasi Pemkab Sukabumi, instansi terkait, dan masyarakat. Faktor kunci meliputi: kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang jenis dan dampak bencana; infrastruktur yang aman dan tahan bencana; kemampuan ekonomi untuk pemulihan pasca-bencana; jaringan sosial yang kuat untuk saling mendukung; dan kebijakan yang jelas dan efektif dari pemerintah. Edukasi rutin tentang mitigasi bencana dan rencana evakuasi menjadi sangat vital.
Strategi yang tepat sangat penting. Pemberian pelatihan kebencanaan melalui kerjasama dengan lembaga seperti PMI, pembangunan infrastruktur yang kokoh dan aman, peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat, serta pengembangan jaringan sosial yang kuat, merupakan langkah-langkah strategis. Kebijakan yang jelas dan efektif dari pemerintah daerah juga tak kalah penting untuk mengurangi risiko bencana. Semua ini harus terintegrasi, bukan hanya kegiatan seremonial.
Langkah-langkah praktis untuk meningkatkan keselamatan meliputi: mengenali risiko bencana di daerah masing-masing; membuat rencana evakuasi keluarga; mempersiapkan perlengkapan darurat; memeriksa kondisi bangunan; tetap tenang saat bencana terjadi; mengikuti instruksi pihak berwenang; dan melakukan evakuasi mandiri ke tempat aman. Hindari bahaya sekunder seperti kabel listrik putus atau bangunan rusak.
Bencana alam Desember 2024 menjadi pembelajaran berharga. Bupati Sukabumi, Marwan Hamami, menekankan pentingnya mengenali potensi bencana dan mengetahui langkah-langkah yang tepat saat terjadi bencana. Prioritaskan keselamatan jiwa, bukan harta benda. Dengan ketangguhan yang terbangun, masyarakat Sukabumi dapat meminimalisir dampak bencana dan membangun kembali kehidupan dengan lebih baik.
Kesimpulannya, membangun ketangguhan bencana di Sukabumi membutuhkan komitmen bersama. Edukasi, infrastruktur yang memadai, dan kerjasama yang solid antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait adalah kunci untuk mengurangi risiko dan meminimalisir dampak bencana di masa mendatang.