Sultan HB X dan Pemuda Lintas Agama Tanam 100 Pohon di Merapi
Sultan Hamengku Buwono X bersama para ketua organisasi pemuda lintas agama menanam 100 bibit pohon langka di lereng Merapi sebagai simbol pelestarian alam dan peradaban, melanjutkan tradisi silaturahmi antarpemuda lintas agama seperti yang dilakukan Sri S
Sleman, 20 Januari 2025 - Sebuah aksi penanaman pohon yang sarat makna digelar di lereng Gunung Merapi. Raja Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X, bersama para pemimpin organisasi pemuda lintas agama, berpartisipasi dalam kegiatan bertajuk 'Air untuk Masa Depan Peradaban' di Nawang Jagad, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta.
Kegiatan ini bukan sekadar penanaman pohon biasa. Menurut Ketua Pelaksana, RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo, pertemuan ini sangat bersejarah, menandai reuni antar generasi kepemudaan setelah 80 tahun. Menariknya, Sri Sultan HB IX juga pernah mengumpulkan para pemuda di Gedung Wilis pada 19 Agustus 1945 untuk membahas kemerdekaan Indonesia.
Sebanyak 100 bibit pohon langka, seperti sawo kecik, pronojiwo, dan kepel, ditanam dalam kegiatan yang diinisiasi oleh KHP Datu Dana Suyasa dan Bebadan Pangreksa Loka, lembaga internal keraton. Partisipasi dari berbagai organisasi pemuda pun sangat beragam, termasuk GP Ansor, Pemuda Katolik, Pemuda Kristen Indonesia (GAMKI), Gemabudhi (Pemuda Buddha), dan Pemuda Muhammadiyah Yogyakarta.
Selain penanaman pohon, Sultan HB X juga berdiskusi hangat dengan para pemuda dalam suasana kekeluargaan. Uniknya, acara diawali dengan doa agama Buddha, sebuah tindakan yang dipuji Sultan HB X sebagai langkah inovatif dan inklusif, berbeda dari kebiasaan sebelumnya yang umumnya menggunakan doa agama mayoritas.
Ide kegiatan ini muncul dari pertemuan RM Gusthilantika dengan tujuh pimpinan organisasi pemuda lintas agama pada Desember 2024 di Minomartani, Sleman. Pertemuan saat kunjungan silaturahim menjelang Natal ini menghasilkan kesepakatan untuk memulai tahun 2025 dengan aksi simbolis penanaman pohon demi pelestarian air.
Dalam sambutannya, Sultan HB X menekankan filosofi memayu hayuning bawana, yang mengartikan pentingnya kebijakan manusia dalam menjaga kelestarian alam semesta. Beliau menghubungkan konsep ini dengan sustainable development versi UNESCO, yang menekankan pentingnya menjaga air, pohon, dan lingkungan untuk peradaban manusia.
GKR Mangkubumi, yang turut hadir, mengapresiasi kegiatan ini dan berharap penanaman pohon dapat terus berlanjut, mengingat banyak alur sungai yang tertutup pasca erupsi Merapi 2010. Beliau mendorong organisasi kepemudaan lain untuk ikut serta dalam upaya pelestarian lingkungan yang lebih luas.
Kegiatan ini tidak hanya menanam pohon, tetapi juga menanamkan semangat persatuan dan kolaborasi lintas agama dalam menjaga kelestarian lingkungan. Aksi ini menjadi bukti nyata komitmen bersama untuk masa depan peradaban yang berkelanjutan.